Kamis, 16 Januari 2014

Budidaya Cupang Dengan Hasil Yang Memuaskan

PELUANG USAHA BUDIDAYA IKAN CUPANG 

 

Siapa yang tidak kenal jenis ikan yang satu ini, dari anak-anak hingga orang dewasa. Ikan Cupang jantan memiliki ekor yang menarik, dengan warna-warni yang indah oleh karena itu jenis ikan cupang digolongkan ke dalam ikan hias. Ikan cupang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Harga seekor ikan cupang hias berumur 3 bulan berkisar antara Rp 5.000-50.000, bahkan ikan cupang hias yang berkualitas dapat dihargai ratusan hingga jutaan rupiah, khusus ikan cupang hias yang telah memenangkan kontes cupang harganya akan meningkat tajam. Penggemar cupang tergolong banyak, bahkan hingga sudah mendunia. Para peternak cupang di Indonesia sering mengekspor ikan cupangnya ke berbagai negaradan nilai jual yang digunakan adalah dolar sangat menarik bukan! Hal tersebut merupakan peluang usaha yang menggiurkan bagi siapapun yang ingin membudidayakan ikan cupang ini.
Ikan cupang terkenal sebagai ikan petarung, namun sebenarnya ikan cupang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu cupang petarung dan cupang hias. Kedua jenis cupang ini memang suka bertarung jika kedua cupang jantan disatukan di dalam satu tempat. Ikan ini berasal dari wilayah Asia, terutama Thailand, Malaysia, Singapura, Kamboja, dan Indonesia. Ukurannya mungil, namun memiliki nilai eksotis yang tinggi, terutama ketika cupang melebarkan seluruh ekor dan siripnya.
TEKNIK BUDI DAYA IKAN CUPANG
Jenis Ikan cupang ini tergolong ikan hias air tawar. Ikan ini termasuk ikan yang memiliki labirin dan memiliki sifat agresif terhadap ikan cupang lainnya, namun bersifat toleran terhadap ikan jenis lain. Ikan cupang termasuk ikan yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan sekitar sehingga mudah untuk dibudidayakan. Adapun tahapan dalam budi daya ikan cupang, antara lain:
A. PERSIAPAN KOLAM  IKAN
Karena jenis ikan ini tergolong berukuran kecil, pembuatan kolam cupang tidak memerlukan area yang luas, cukup menggunakan kolam bak. Ukuran luas kolam sekitar 2-4 m2 atau dapat pula menggunakan ember sebagai kolam pemeliharaan. Dalam budidaya ikan cupang , diperlukan beberapa jenis kolam, yaitu:
a. Kolam pematangan gonad
Jenis kolam pertama yag perlu dipersiapakan adalah kolam pematangan gonad. Keuntungan pemeliharaan ikan jenis ini adalah ukuran kolam ini tidak membutuhkan lahan yang luas, bahkan dapat juga menggunakan botol air mineral ukuran 1 liter. Jika tersedia dana maka dapat menggunakan akuarium kecil. Karena kolam ini hanya berisi 1 ekor cupang maka membutuhkan banyak wadah untuk menyimpan cupang tersebut. Jika Anda memiliki 20 ekor induk cupang maka Anda harus menyediakan 20 buah kolam pematangan gonad. Kolam yang biasa digunakan oleh para petani cupang adalah botol air mineral ukuran 1 liter atau ada juga yang menggunakan akuarium ukuran kecil. Kolam ini berfungsi untuk memelihara induk jantan dan induk betina hingga siap kawin/matang gonad.
b. Kolam pemijahan
Jenis kolam berikut adalah Kolam dengan fungsi untuk memijahkan induk jantan dengan induk betina. Ukuran dari kolam ini tidak terlalu luas. Apabila ingin menghemat biaya dapat menggunakan ember kecil atau stoples kue.
c. Kolam pembesaran/pemeliharaan
Kolam yang ketiga adalah kolam pembesaran/pemeliharaan Kolam pembesaran berfungsi untuk membesarkan burayak/benih cupang hingga siap panen. Kolam ini sebaiknya berupa kolam semen karena kolam semen lebih mudah menghasilkan pakan alami berupa plankton atau lumut. Kolam sebaiknya berada di tempat yang mendapatkan sinar matahari langsung agar proses pertumbuhannya cepat. Ukuran ikan cupang yang relatif kecil tidak membutuhkan lahan yang luas untuk dijadikan kolam pembesaran. Luas dari kolam ini berkisar antara 1-2 m2. Ketika burayak/benih cupang sudah berumur 1,5 bulan maka sebaiknya dipindahkan ke dalam kolam pematangan gonad. Jika tetap disatukan di dalam kolam pembesaran maka ikan cupang tersebut akan saling bertarung, yang dapat mengakibatkan kecacatan atau kematian.
B. KUALITAS AIR
Faktor penting dalam bud idaya ikan cupang adalah kualitas air yang digunakan dalam budidaya. Kualitas air harus selalu terjaga kebersihannya dan terhindar dari zat-zat beracun, seperti amoniak, limbah pabrik, detergen, dan lain-lain. Ikan akan tumbuh optimal jika kualitas airnya baik.
Air pada kolam pematangan gonad sebaiknya diganti setiap 3 hari, serta ikan cupang direndam selama 1 jam dengan air yang telah dicampur garam dapur dan obat khusus cupang yang banyak dijual di pasar ikan dengan dosis secukupnya. Hal tersebut untuk menjaga ikan cupang dari serangan jamur atau penyakit lainnya.
Cara lain unntk menjaga kualitas air tetap baik adalah dengan cara memasukan eceng gondok dalam kolam pembesaran, yang berfungsi untuk menyerap racun di sekitar air tersebut dan sekaligus menjadi tempat berteduh bagi burayak/benih cupang. Jangan terlalu banyak memberikan eceng gondok karena eceng gondok dapat menyerap oksigen di dalam air. Eceng gondok yang terlalu banyak dapat menyebabkan kematian bagi burayak karena kekurangan kadar oksigen di dalam air.
C. PEMBERIAN PAKAN
Pemberian pakan untuk budi daya ikan cupang sangatlah mudah dan murah, karena dapat diperoleh dari alam, seperti jentik nyamuk, kutu air, dan cacing. Cara untuk menghasilkan jentik nyamuk yang banyak adalah dengan memasukkan kangkung kedalam sebuah wadah, kemudian masukan air dan diamkan selam kurang lebih 7 hari maka ratusan bahkan ribuan jentik nyamuk slap disantap oleh ikan cupang.
Pakan bagi burayak/benih cupang berupa Moina sp. atau kutu air yang disaring beberapa kali. Jika sulit mendapatkan pakan tersebut maka perlu dicoba dengan pelet yang sudah dihaluskan terlebih dahulu. Sebelum burayak dimasukkan ke dalam kolam pembesaran, sebaiknya kolam diberikan pupuk kandang atau pupuk hijau/dedaunan dan berikan pula eceng gondok. Setelah itu, beri air dan diamkan selam 7 hari hingga terlihat pakan alami berupa plankton, kutu air, dan lain-lain. Selanjutnya, barulah masukan burayak cupang ke kolam tersebut.
Uraian diatas telah menjelaskan bagaimana peluang  usaha budi daya ikan cupang , serta teknik budi daya ikan cupang berkaitan  dengan persiapan  kolam  serta pakan. Mengenai penyediaan bibit hingga pemanenan serta analisis usaha budi daya ikan  cupang  akan  dibahas  lebih lanjut dalam artikel selanjutnya.

Serangan Jmur Pada Telur Ikan

Telur ikan diketahui relatif rentan terhadap serangan jamur akuatik. Secara alamiah jamur ini akan menyerang telur-telur yang tidak subur (mati). Meskipun demkian, tidak tertutup kemungkian jamur ini pun akan meyebar dan menyerang telur-telur subur (sehat).
Telur dari hampir semua jenis ikan, secara umum, rentan terhadap serangan jamur. Tingkat kerentanannya bervariasi tergantung pada spesies ikannya. Beberapa diantaranya malah diketahui dapat memproduksi telur yang tahan terhadap infeksi jamur.
 
Tanda Serangan
Telur yang diserang jamur biasanya akan tampak diselimuti oleh bentukan-bentukan menyerupai benang yang dikenal sebagai hifa jamur berwarna putih. " Benang-benang" ini sampai batas tertentu dapa dilihat dengan bantuan sebuah kaca pembesar.
Pada jenis ikan yang telurnya menggerombol, seperti pada cichlid yang menempelkan telurnya pada substrat, jamur akan sangat mudah menyebar dari telur yang mati ke telur yang sehat. Kondisi demikian, pada akhirnya akan dapat menghancurkan seluruh populasi telur tersebut.
 
Gambar 1. Serangan Jamur pada Telur Manvis
 
Sering disalahartikan bahwa telur-telur yang berwarna putih atau opak adalah telur yang berjamur meskipun tidak dijumpai adanya hifa. Hal ini tentu saja tidak tepat. Pada dasarnya beberapa buah telur bisa saja berwarna putih pada saat dikeluarkan. Telur transparan yang tidak subur baru akan berubah menjadi puthih dalam waktu 24 jam, tapi jamur tidak akan segera menginfeksinya. Infeksi jamur baru akan terjadi setelah beberapa saat kemudian.
 
Penyebab
Jamur dari golongan Saproligna dan atau Achyla
 
Kontrol dan Perlakuan
Pada jenis ikan yang mengasuh anaknya, seperti cichlid, induk ikan secara teratur akan menyingkirkan telur yang mati sebelum telur-telur tersebut berjamur, dengan demikian, telur-telur lain yang subur akan dapat terjaga dari infeksi jamur. Dalam beberapa kasus, akuaris, harus ikut campur dalam menyingkirkan telur mati tersebut dengan menggunakan pipet, jarum atau pinset kecil.
Apabila telur ikan diinkubasikan secara terpisah. Maka usaha pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan perendaman jangka panjang dengan menggunakn metil biru (methylenene blue) dengan dosis 2 ppm. Pada telur-telur ikan yang memiliki masa inkubasi lebih dari 4 hari, maka pemberian metil biru perlu diulang setiap 2 atau 3 hari.
Perhatian:Metil biru dapat membahayakan filter biologi.

Cara mudah budidaya cacing sutra

Cara mudah budidaya cacing sutra – Cacing sutra memiliki nama latin tubifex sp. di Indonesia cacing sutra dikenal dengan nama cacing rambut atau cacing darah merupakan cacing kecil seukuran rambut berwarna kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm, dengan tubuh berwarna merah kecoklatan dengan ruas-ruas. Salah satu pakan yang menjadi kebutuhan bagi kegiatan budidaya adalah pakan alami. Ada berbagai macam pakan alami yang menjadi perhatian para akuakulturis, seperti fitoplankton, zooplankton, cacing, dan maggot. Berikut dari klasifikasi cacing sutra :

Syarat Hidup Cacing Sutra

Cacing ini memiliki bentuk dan ukuran yang kecil serta ramping dengan panjangnya 1-2 cm, sepintas tampak seperti koloni merah yang melambai-lambai karena warna tubuhnya kemerah-merahan, sehingga sering juga disebut dengan cacing rambut. Cacing sutera hidup diperairan tawar yang jernih dan sedikit mengalir. Dasar perairan yang disukai adalah berlumpur dan mengandung bahan organik. Makanan utamanya adalah bagian-bagian organik yang telah terurai dan mengendap di dasar perairan tersebut (Djarijah 1996).

Berkembangbiak dengan bertelur, proses peneluran terjadi di dalam kokon yaitu suatu segmen yang berbentuk bulat telur yang terdiri dari kelenjaar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Setelah beberapa hari embrio dari cacing ini akan keluar dari kokon. Cacing sutera ini mulai berkembangbiak setelah 7-11 hari

Cara mudah budidaya cacing sutra
 Induk yang dapat menghasilkan kokon dan mengeluarkan telur yang menetas menjadi tubifex mempunyai usia sekitar 40-45 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perkembangbiakan telur di dalam kokon sampai menetas menjadi embrio tubifex membutuhkan waktu sekitar 10-12 hari. Manfaat Cacing sutra

Cacing rambut merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk memberi makan ikan yang anda pelihara, terutama pada saat fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias anda karena memiliki kandungan nutrisi yang baik dan cenderung seimbang dan sangat bagus untuk pertumbuhan ikan.

BUDIDAYA CACING SUTRA (Tubifex sp) DENGAN MEDIA NAMPAN
Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah bisa memakan pakan alami. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Pengembangan pakan alami cacing sutra masih tergolong tradisional.
Budidaya Dengan Tray/Nampan Plastik
Budidaya cacing sutra dengan Tray/Nampan terhitung baru dilakukan. Sistem budidaya dengan menggunakan nampan ini baru ditemukan beberapa waktu yang lalu oleh pembudidaya cacing sutra, Bapak Agus Tiyoso. Budidaya Cacing Sutra Dengan Media Nampan
Sistem ini pada dasarnya mengolah dan menggunakan kembali air yang sudah dipakai pada proses budidaya udang. Pada sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
Air yang sudah melewati susunan media pada nampan/tray ditampung dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali ke media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab.
Probiotik dan obat-obatan yang dicampur pada media tumbuh/substrat budidaya cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak terbuang dengan percuma ke perairan luar.  Budidaya cacing sutra dengan sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas, karena medianya disusun ke atas secar vertikal yang cenderung bisa juga dilahan yang sempit seperti disela-sela sekatan rumah ataupun tempat lainnya.

Budidaya Cacing Sutra Dari Limbah Kolam Lele
Ada satu cara unik dan menarik dalam budidaya cacing sutra yaitu dengan memanfaatkan limbah organik dari kolam lele konsumsi.
Ia telah berhasil melakukan budidaya cacing sutra dari limbah organik ikan lele peliharaannya. Cacing yang ada terus dipelihara dan dibudidayakan sampai saat ini.
Lumpur Organik dari Limbah Kolam lele bisa juga untuk media budidaya Cacing sutra dengan Nampan
1. Persiapan Kolam Untuk Budidaya Cacing Sutra
Kolam yang kurang produktif (tidak dipakai untuk budidaya lele) di areal usaha pembesaran ikan lele dapat diperuntukan untuk budidaya cacing sutera dengan luas 60 – 100 m2 (disesuaikan dengan areal yang ada). Air limbah kolam pembesaran lele diaduk-aduk untuk selanjutnya dimasukkan dengan pompa (dengan menyedot) ke kolam budidaya cacing sutera.
2. Pengendapan Air
3. Perawatan Cacing Sutra
Selama masa pemeliharaan cacing sutra , air di usahakan tetap mengalir kecil dengan ketinggian air pada 5-10 cm. Setelah 10 hari biasanya bibit cacing sutra mulai tumbuh halus dan merata di seluruh permukaan lumpur dalam kolam. Ulangi lagi proses penambahan air buangan panen ikan lele ke dalam kolam budidaya cacing sutra maka setelah 2-3 bulan cacing mulai dapat dipanen.
Proses Panen Cacing Sutra
Cacing sutra akan tumbuh setelah 2 minggu biang cacing sutera ditebar atau > 2 bulan apabila tanpa penebaran biang cacing sutera. Panen pertama dapat dilakukan setelah cacing berumur > 75 hari. Ciri kolam budidaya cacing sutra yang siap untuk di panen adalah apabila lumpur sebagai media pemeliharaan terasa kental bila dipegang.

Cacing yang terangkat masih bercampur lumpur, selanjutnya dimasukkan dalam ember/bak yang berisi air dengan ketinggian lebih kurang 1(satu) cm diatas media lumpur. Cacing tersebut dimasukkan dalam bak pemberokan selama 10-12 jam. Cacing siap di berikan kepada benih ikan ataupun dijual.

Manfaat tanaman air untuk akuarium

Selain berkesan alami dan artistik, adanya tanaman air di akuarium juga bisa memberikan manfaat besar bagi pengelolanya.

Pada mulanya orang mempunyai akuarium untuk menikmati keindahan ikannya saja. Namun akuarium yang hanya berisi ikan saja terasa kurang lengkap. Selain ikan, akauarium akan lebih sempurna jika diisi tanaman air atau benda - benda lain yang sering berada di dalam perairan.




Artistik dan bermanfaat
Semula kehadiran tanaman di dalam akuarium hanya berfungsi sebagai dekorasi saja. Ternyata adanya tanaman air memang membuat akuarium jadi lebih menarik. Lebih - lebih kalau penataannya dirancang dengan tepat, sehingga kehadirannya serasi dengan penataan lampu, pasir, dan batu - batuan penghias yang ditaruh di dalamnya.

Namun penggunaan tanaman untuk akuarium, ternyata tidak sekedar bermanfaat untuk keperluan artistik saja. Manfaatnya ternyata tidak kecil dan sangat menguntungkan. Beberapa manfaat yang menguntungkan itu menurut Drh. I Whendrato dan I.M Madyana dalam buku " Mengenal ikan hias ", sebagai berikut :

    Tanaman air di dalam akuarium dapat digunakan sebagai alat pemantau keadaan dan mutu air akuarium. Kalau tanamannya tumbuh sehat, berarti keadaan mutu airnya bagus sehingga ikan dapat berkembang dengan baik. Kalau tanaman mati atau merana, berarti ada sesuatu yang tidak memenuhi persyaratan sehingga kehidupan ikan pun bisa terganggu.
    Selain menambah keindahan, tanaman air dapat juga berfungsi untuk menyerap kotoran ikan dan kotoran lembut yang melayang - layang di air. Karena kotorannya terserap, kejernihan air akuarium bisa dipertahankan dalam jangka waktu lama. Airnya tidak cepat menghijau dan pH nya relatif stabil.
    Kehadiran tanaman air di akuarium dapat pula berfungsi menjaga kestabilan oksigen yang terdapat di dalamnya. Pada saat berasimilasi, tanaman akan menyerap karbondioksida dan mengeluarkan oksigen yang berguna untuk kehidupan ikan. Dengan demikian ikan di dalam akuarium bisa hidup lebih nyaman.
    Tanaman air merupakan tempat persembunyian ikan - ikan kecil dari kejaran ikan besar, dan juga tempat berlindung paling ideal bagi ikan dari sengatan sinar yang terlalu tajam, kalau lampunya terlalu panas.
    Akuarium yang ada tanaman airnya berkesan alami. Di sela - sela tanaman air itu lah ikan dapat mencari makanan tambahan berupa ganggang yang menempel pada tanaman. Tanaman itu juga dapat digunakan sebagai tempat menaruh telur, kalau ikannya berpijah.

Pemilihan tanaman sebaiknya disesuaikan dengan ukuran akuarium dan ikan yang dipelihara di dalamnya. Penempatannya pun harus tepat dan diperhitungkan sebaik mungkin, agar bisa memberikan manfaat yang maksimal baik sebagai hiasan maupun dalam pengelolaan akuariumnya.

Rabu, 15 Januari 2014

budidaya ikan tawes

Mengingat wilayah Indonesia yang memiliki sumber air dan juga beragam jenis ikan konsumsi yang melimpah, menjadi peluang usaha di bidang perikanan di indonesia yang sangat besar. Ikan tawes adalah salah satu jenis ikan konsumsi yang sangat digemari oleh masyarakat. Pada intinya, kegiatan usaha di bidang perikanan yakni meliputi produksi, pengolahan, dan pemasaran. Di sini kita akan membicarakan tentang kegiatan yang pertama, yaitu proses produksi. Oleh sebab itu, teknik budidaya ikan tawes akan kita pelajari di sini.

panen ikan tawes konsumsi

Bagi Anda yang ingin membudidayakan ikan tawes sangatlah penting untuk memahami cara budidaya ikan ini dengan baik. Cara budidaya yang benar akan menentukan hasil panen yang kita dapatkan. Berikut ini kami akan memberikan beberapa informasi penting terkait bagaimana cara beternak ikan tawes, mulai dari proses pembenihan, pembesaran, hingga waktu panen tiba.
Proses Pembenihan Ikan Tawes

Sebetulnya kita bisa langsung membeli bibit ikan tawes yang telah siap untuk dibesarkan di kolam-kolam kita, akan tetapi bagi Anda yang ingin mempelajari cara pembenihan atau pembibitan ikan tawes, berikut informasinya. Langkah yang pertama yaitu kita mulai dengan memilih induk jantan dan betina ikan tawes yang baik. Indukan-indukan yang telah siap untuk dipijahkan yakni induk jantan yang telah berusia satu tahun dan induk betina yang telah berusia satu setengah tahun. Atau jika kita kesulitan menentukan umur ikan, maka kita bisa melihat bagian kelaminnya apakah sudah matang atau siap.

Induk-induk yang telah dipilih selanjutnya dimasukan ke dalam kolam pemijahan. Jumlah perbandingan induk jantan dan betina di dalam kolam pemijahan yaitu kurang lebih 50 ekor induk jantan dan 25 ekor induk betina. Setelah itu induk akan bertelur di sekitar kolam, kemudian telur akan menetas kira-kira setelah 3 hari kemudian. Selanjutnya anak-anak ikan tawes tetap kita pelihara di kolam tersebut hingga berusia sekitar tiga minggu.
Pengambilan Benih Ikan Tawes

Proses selanjutnya di dalam teknik beternak ikan tawes yaitu memindahkan benih yang telah siap. Setelah berumur 21 hari, benih-benih selanjutnya akan dideder di dalam kolam khusus selama sekitar 1 bulan. Pendederan dilakukan dengan menebar benih ke kolam yang telah disiapkan, dengan perbandingan jumlah kurang lebih 20 ekor per meter kubik.

Selanjutnya benih-benih tersebut bisa kita jual ataupun kita pindah ke kolam-kolam lain untuk kita besarkan sendiri. Biasanya jika benih yang didapat sangat banyak sedangkan kolam pembesaran tidak dapat menampung semuanya maka akan diambil sebagian untuk dibesarkan dan sisanya akan dijual. Itulah cara ternak ikan tawes dari sisi pembenihan. Selanjutnya akan kita lanjutkan ke proses pembesaran ikan tawes.
Pemeliharaan Ikan Tawes di Kolam Pembesaran

Benih yang sudah siap untuk dibesarkan panjang ukuran tubuhnya yaitu sekitar 5 cm sampai 8 cm. Kita bisa langsung memasukan ikan-ikan tawes yang telah siap dibesarkan dengan tingkat kepadatan kira-kira 4 ekor ikan per meter kubik. Perlu dicermati agar jumlah ikan di dalam kolam tidak terlalu padat karena akan mempengaruhi hasil panen yang akan di dapat.

Selanjutnya kita memelihara ikan dengan cara memberi pakan secara teratur maupun merawat kebersihan kolam. Kita harus selalu memastikan bahwa air di dalam kolam mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Selain itu kita juga perlu melancarkan proses sirkulasi air agar ikan tidak mudah terkena penyakit.

Pakan tambahan yang biasa diberikan untuk proses pembesaran ikan tawes sehingga memenuhi kriteria ukuran sebagai ikan konsumsi yaitu daun-daun, dedak, singkong, kangkung, dan lain-lain. Ketika memberi makan, kita akan melihat kerakusan ikan tawes yang dengan cepat akan menyambar makanan yang kita berikan. Masa panen dilakukan biasanya ketika ikan telah berumur 6 bulan.

CARA BUDIDAYA LELE MULAI DARI PENDEDERAN SAMPAI PEMBESARAN


CARA TERNAK LELE MULAI DARI PENDEDERAN SAMPAI PEMBESARAN
Mei 22nd, 2013

cara beternak lele.usaha lele,cara ternak lele,harga lele,berternak lele,bibit lele,pembenihan ikan lele,cara budidaya lele,

CARA TERNAK LELE MULAI DARI PENDEDERAN SAMPAI PEMBESARAN

Budidaya Lele merupakan salah satu budidaya agribisnis yang perlu mendapat perhatian serius. Selain karena permintaan pasar untuk ikan lele sangat tinggi, baik konsumsi nasional maupun ekspor, budidaya lele juga bisa dilakukan di lahan sempit.

PENDEDERAN - BUDIDAYA LELE

Budidaya lele tahap ini merupakan teknik budidaya lele untuk membesarkan bibit ikan lele berukuran 1-3 cm menjadi bibit ikan lele berukuran 3-5 cm dengan waktu budidaya selama 2-3 minggu.

Penebaran Bibit - Budidaya Lele Pendederan

Penebaran bibit ikan lele pada fase ini sangat rentan terhadap kematian, terutama diakibatkan stress maupun luka saat penangkapan atau pengangkutan. Padat penebaran antara 500-750 ekor/m2. Sehingga untuk kolam budidaya lele seluas 10 m2 bisa ditebar bibit sebanyak 5.000-7.000 ekor. Penebaran bibit ikan lele harus dilakukan dengan sangat hati-hati, berikut cara penebaran bibit ikan lele untuk mengurangi resiko stres dan luka :

Pemindahan dilakukan pada pagi hari atau sore hari pada saat suhu air belum terlalu tinggi.

Pengambilan bibitikan lele menggunakan jaring berukuran rapat serta lembut.

Bibitikan lele ditempatkan menggunakan wadah yang sudah diisi air dari kolam penebaran larva.

Setelah wadah cukup penuh, bibit segera dipindah ke kolam penebaran dengan hati-hati. Wadah dimasukkan dalam kolam pendederan sampai air kolam masuk ke dalam wadah. Dengan cara demikian bibitikan lele akan berenang keluar dari wadah dengan sendirinya.

Pengaturan Air - Budidaya Lele Pendederan

Kualitas air kolam pendederan perlu dijaga, cara paling efektif adalah penggunaan air mengalir sistem paralon secara kontinyu dengan debit air tidak terlalu besar.

Pada budidaya lele pendederan, kualitas air tidak terlalu cepat menurun. Hal ini dikarenakan ukuran ikanmasih sangat kecil, sehingga kotoran yang ditimbulkan belum begitu banyak. Pakan tambahan diberikan dalam jumlah sedikit, berbentuk tepung untuk menopang pertumbuhannya, sehingga tidak menimbulkan endapan sisa pakan yang bisa menurunkan kualitas air.

Pemberian Pakan Tambahan - Budidaya Lele Pendederan

Bibit ikan lele berukuran 1-3 cm belum dapat makan pelet dalam bentuk butiran. Pada minggu pertama tidak perlu diberikan pakan tambahan. Bibit ikan leleakan memakan pakan alami yang tersedia di kolam, seperti plankton, kutu air (Daphnia sp.) atau cacing sutra (Tubifex sp.) Untuk itu, diusahakan agar kolam mengandung banyak pakan alami, misalnya dengan pemberian pupuk kandang fermentasi. Pada minggu kedua sampai ketiga perlu diberi pakan tambahan dalam bentuk tepung. Pakan diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pagi, menjelang sore serta malam hari. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit, sampai tidak ada lagi bibit ikan lele yang mengejar pakan.

Pengendalian Hama dan Penyakit - Budidaya Lele Pendederan

Hama pada budidaya lele pendederan meliputi, ular, burung, kadal, serta katak. Sehingga harus dicegahhama tersebut masuk ke dalam kolam. Pencegahan dapat dilakukan menggunakan anyaman bambu untuk menutup permukaan kolam. Selain itu juga harus dilakukan sanitasi di areal kolam, agar kedatangnya dapat ditekan. Bila hama telah terlanjur masuk, harus segera dikeluarkan dari kolam.

Pencegahan penyakit bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan air serta pengaturan pH air. Usahakan agar pH air berkisar 6,5-6,8. Jika pH air terlalu rendah, bisa ditambahkan kapur pertanian secukupnya. Pengukuran pH air bisa menggunakan kertas lakmus atau pH tester.

Apabila bibit ikan lele menunjukan tanda-tanda terserang penyakit terutama jamur, bisa diberikan Malachite Green Oxalite 1-5 ml atau Methylene Blue 10 ml per 1 meter kubik air.

SELEKSI BIBIT IKAN LELE

Setelah berumur 18 hari bibit ikan lele diseleksi untuk menggunakan ayakan bibit ukuran 3-5 cm. Bibit-bibit yang telah mencapai ukuran 3-5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada Pendederan tahap kedua, atau bahkan dapat langsung dijual. Bibit ikan lele tersebut merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki keceptatan pertumbuhan yang baik.

Seleksi kedua dilakukan saat bibit ikan lele telah dipelihara selama 21 hari. Kualitas bibit ini sedikit di bawah bibit hasil seleksi pertama. Bibit ikan lele yang tidak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan bibit sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai 3-5 cm. Akan tetapi kualitas bibit ikan lele sisa ini tidak begitu baik.

Pada Pendederan tahap kedua tidak beda jauh dengan pendederan tahap pertama, hanya kepadatan penebaran harus dikurangi menjadi 250-300 ekor/m2

PEMBESARAN - BUDIDAYA LELE

Budidaya Lele Pembesaran Dalam Kolam Terpal

Pada dasarnya metode budidaya lele sistem kolam terpal merupakan solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan sempit, modal kecil serta solusi untuk daerah minim air. Ikan lele merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak diminati orang.

Budidaya lele tergolong mudah. Selain tidak memerlukan air dalam jumlah banyak, ikan lele juga relatif tahan terhadap penyakit. Pengaturan suhu air dan pemberian pakan cukup merupakan kunci keberhasilanbudidaya lele. Selain lebih mudah dipelihara, ikan lele juga cepat dalam pertumbuhannya. Dengan kondisi air buruk, ikan lele mampu bertahan hidup dan berkembang baik, dengan demikian solusi ternak leledalam kolam terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba. Budidaya lele dumbo sistem kolam terpalmendatangkan peluang usaha yang cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha besar. Analisisbudidaya Lele dapat dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan pembibitan. Budidaya lelepembesaran merupakan upaya ternak Lele sampai ukuran layak konsumsi. Biasanya dari berat 1 ons sampai 1 kg per ekor.

Persiapan Pembuatan Kolam Terpal Budidaya Lele Pembesaran

Persiapan untuk budidaya lele dengan kolam terpal meliputi persiapan lahan kolam, persiapan material terpal, serta persiapan perangkat pendukung. Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan maupun kapasitas budidaya lele. Untuk budidaya lele pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter. Model pembuatan kolam dapat dilakukan dengan menggali tanah kemudian diberi terpal atau membuat rangka dari kayu kemudian diberi terpal. Cara pertama membuat terpal tahan lebih lama.

Penebaran Bibit Ikan Lele Budidaya Lele Pembesaran

Pengisian air dilakukan secara bertahap. Saat penebaran pengisian air hanya setinggi 40 cm agar bibit ikan lele tidak terlalu sulit mengambil oksigen. Penebaran bibit pada budidaya lele dalam kolam terpal yaitu bibit ikan lele berukuran 5-7 cm dengan kepadatan 40 ekor/m2. Waktu pemeliharaan antara 2-4 bulan, tergantung pada ukuran panen yang dikehendaki.

Pemeliharaan Ikan Lele Budidaya Lele Pembesaran

Pada umur tujuh hari ketinggian air ditambah menjadi 50 cm. Ada baiknya disediakan rumpon atau semacam perlindungan untuk ikan lele. Karena lele merupakan ikan yang senang bersembunyi di daerah tertutup.

Pemberian pakan dilakukan sehari tiga kali, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Pakan diberikan sedikit demi sedikit sampai tidak ada lagi ikan lele yang mengejar pakan. Jika di lingkungan tersedia pakan alami seperti bekicot, kerang, keong emas, rayap dll, bisa diberikan makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat pengeluaran juga memiliki kandungan protein tinggi sehingga pertumbuhan ikan lelelebih cepat.

Penggantian air dilakukan seminggu sekali, kurang lebih 10-30% dari volume air kolam, agar kolam tidak terlalu kotor serta untuk mengurangi serangan penyakit. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air dalam kondisi kotor. Pada usia satu bulan dilakukan seleksi ikan lele. Biasanya ikan lele mengalami pertumbuhan yang tidak sama, sehingga jika tidak dipisahkan maka ikan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing dalam berebut makanan. Selain itu, pisahkan jika ada ikan yang terindikasi terserangpenyakit agar tidak menular.

Pada usia dua bulan, ikan lele telah siap untuk konsumsi atau jika menghendaki ukuran lebih besar,budidaya lele bisa dilakukan selama 3-4 bulan.

membuat pupuk kompos

Pupuk bokashi merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara fermentasi. Bahan baku pupuk bokashi terdiri dari sisa tanaman, kotoran ternak, sampah dapur atau campuran material organik lainnya. Pupuk bokashi dibuat dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme efektif (EM4) sebagai dekomposernya.

Bokashi dipopulerkan pertamakali di Jepang sebagai pupuk organik yang bisa dibuat dengan cepat dan efektif. Terminologi bokashi diambil dari istilah bahasa Jepang yang artinya perubahan secara bertahap. Sedangkan EM4 merupakan jenis mikroorganisme dekomposer untuk membuat pupuk bokashi. EM4 dipopulerkan oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Jepang.

Proses pembuatan pupuk bokashi relatif lebih cepat dari pengomposan konvensional. Bokashi sudah siap dijadikan pupuk dalam tempo 1-14 hari sejak dibuat, tergantung dari bahan baku dan metode yang digunakan. Membuat bokashi sangat mudah, bisa dilakukan dalam skala rumah tangga maupun skala pertanian yang lebih besar. Berikut ini kami jelaskan tahap-tahapnya.
Menyiapkan mikroorganisme dekomposer (EM4)

Hal pertama yang harus dilakukan untuk membuat pupuk bokashi adalah menyiapkan mikroorganisme dekomposernya. Salah satu dekomposer bokashi yang paling populer adalah EM4. Larutan EM4 terdiri dari mikroorganisme yang diisolasi secara khusus untuk menguraikan sampah organik dengan cepat. Mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 terdiri dari bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), Actinomycetes dan ragi.

EM4 dijual dipasaran dalam bentuk cairan kental yang telah dikemas dalam berbagai ukuran. Untuk membuat dekomposer bokashi, kita cukup mengencerkan cairan tersebut dan mencampurkannya dengan bahan baku bokashi. Selain membelinya, kita juga bisa membuat cairan mikroorganisme efektif (EM) sendiri. Berikut langkah-langkahnya:

    Siapkan bahan-bahan berikut: pepaya dan kulitnya 0,5 kg, pisang dan kulitnya 0,5 kg, nenas dan kulitnya 0,5 kg, kacang panjang segar 0,25 kg, sayuran hijau (kangkung/bayam) 0,25 kg, gula pasir 1kg dan ragi tape 5 butir.
    Campur pepaya, nenas, pisang, kacang panjang dan sayuran dan lumatkan bahan-bahan tersebut dengan blender.
    Masukkan bahan-bahan yang telah dilumat kedalam ember yang ada penutupnya. Lalu tambahkan 1 liter air, gula pasir dan ragi tape. Aduk perlahan hingga merata. Kemudian tutup ember dengan rapat, diamkan selama 7 hari.
    Setelah tujuh hari akan terbentuk cairan berwarna coklat gelap. Saring cairan tersebut, air hasil saringan merupakan larutan efektif mikroorganisme (EM) yang bisa dijadikan dekomposer pupuk bokashi. Simpan cairan dalam wadah/botol. Larutan EM bisa dipakai hingga 6 bulan, sedangkan ampasnya bisa digunakan sebagai kompos.

Membuat pupuk bokashi skala pertanian (1 ton)

Pupuk bokashi bisa dibuat dari hijauan sisa panen dan limbah peternakan. Waktu yang diperlukan untuk membuat bokashi skala besar dan skala kecil sama saja, yang membedakannya adalah volume bahan bakunya. Berikut tahapan membuat bokashi untuk penggunaan pertanian:

    Siapkan bahan-bahan berikut: 200 kg jerami atau sisa hijauan, 600 kg kotoran ternak yang telah kering, 50 kg serbuk gergaji/dedak, 50 kg arang sekam, 100 kg humus (top soil, berasal dari tanah hutan lebih baik), 1 liter larutan dekomposer (EM4) dan 1 kg gula pasir.
    Pilih tempat fermentasi yang terlindung dari air hujan dan sengatan matahari langsung. Buat lubang berbentuk persegi panjang di atas tanah tersebut dengan lebar 1 meter, panjang 2 meter dan dalam 30-50 cm, atau sesuaikan ukuran lubang dengan banyaknya bahan baku.
    Cacah jerami atau hijauan kecil-kecil, campuran bahan-bahan organik yang telah disiapkan, aduk hingga merata dengan cangkul atau sekop. Bila perlu (misalnya tanah Anda asam), tambahkan abu (Mg) dan kapur pertanian (Ca) untuk memperkaya kandungan hara pupuk bokashi yang dihasilkan.
    Encerkan larutan EM4, ambil 1 liter larutan campurkan dengan 200 liter air bersih dan 1 kg gula pasir. Kemudian siramkan pada campuran bahan baku sambil diaduk. Atur kelembaban hingga mencapai 30-40%. Untuk memperkirakan tingkat kelembaban, kepalkan campuran hingga bisa menggumpal tapi tidak sampai mengeluarkan air. Apabila kelembabannya kurang, tambahkan air secukupnya.
    Tutup rapat lubang fermentasi dengan plastik atau terpal, diamkan hingga 7-14 hari. Perlu diingat, kontrol suhu fermentasi hingga maksimal 45oC. Apabila melebihi suhu tersebut, aduk dengan cangkul agar suhunya turun.
    Setelah 14 hari, biasanya pupuk bokashi sudah terbentuk dan bisa diaplikasikan langsung.

Membuat pupuk bokashi skala rumah tangga

Pupuk bokashi bisa dibuat dalam skala rumah tangga dengan memanfaatkan limbah dapur atau sisa makanan. Bokashi dari hasil daur ulang sampah bisa digunakan untuk memupuk tanaman pekarangan. Penggunaannya sama dengan penggunaan pupuk organik yang dijual dipasaran. Berikut tahapan membuatnya:

    Siapkan bahan-bahan berikut: sisa sayuran, buah-buahan, sisa makanan (nasi, roti, dll), tulang ikan, tulang ayam, 5 kg dedak/serbuk gergaji, 5 kg arang sekam, 10 ml EM4 dan dua sendok gula pasir.
    Siapkan satu tong plastik ukuran 200 liter. Buat lubang bagian bawahnya untuk mengeluarkan cairan hasil pengomposan. Cairan ini berguna sebagai pupuk organik cair.
    Potong atau rajang material organik menjadi potongan kecil, campurkan dengan dedak/serbuk gergaji dan arang sekam.
    Encerkan 10 ml larutan EM4 dengan 1 liter air, tambahkan dua sendok gula pasir. Kemudian siramkan pada campuran bahan baku tadi.
    Tutup rapat tong plastik, apabila suhu melebihi 45oC. Abila warna dan teksturnya sudah seperti tanah, itu tandanya pupuk bokashi sudah terbentuk. Prosesnya kira-kira 5-7 hari.

Senin, 13 Januari 2014

pembenihan ikan patin


Ikan patin merupakan  jenis ikan air tawar yang dapat dikomsumsi oleh manusia.Produknya termasuk unggulan sehingga banyak peternak yang mencoba usaha budaya ikan patin ini,Tekstur daging ikan patin inimemiliki banyak lemak dan agak basah namun tidak memiliki banyak duri.Harga ikan patin dipasaran cenderung stabil sehingga usaha budaya ikan patin ini cukup menjajikan dan berpotensi menghasilkan pendapatan besar.

Cara Pembesaran Dan Pembenihan Ikan Patin


Proses Pembenihan Pada Budidaya Ikan Patin
Kegiatan pembenihan ikan patin upaya untuk menghasilkan benih peda ukuran tertentu sehingga yang dihasilkan adalah benih yang dihasilkan setelah masa pendederan.Proses penting yang harus dilalui pada budidaya ikan patin.Setiap tahapan pada budidaya ikan patin biasa dijadikan bisnis tersendiri.

Pada tahap pembenihan misalnya,peternak bisamencoba budidaya ikan patin hanya dalam tahap ini lalu langsung menjual benihnya pada mereka yang membutuhkanbenih2 berkualitas .Tentunya harga yang dipatok berbeda dengan ikan patin dengan  ikan patin yang sudah dewasa dan siap konsumsi.

Untuk memulai budidaya ikan patin.Anda bisa mendapatkan benih ikan dari hasil dari tangkapan di perairan umum maupun membeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar si Jawa Barat ataupun dari daerah sekitar anda.Benih2 ini biasanya dikumpulkan dalam satu wadah dan dirawat salama kurang lebih dua minggu.Proses inilah yang membutuhkan kehati-hatian.

Langkah mudah budidaya ikan patin,Hal-hal yang penting diperhatikan dalam budidaya ikan patin adalah kuwalitas air ,apabila air dalam penampungan sudah mulai kotor ,gantilah dengan air bersih dan hindarkan dari sengatan matahari .Benih ikan patin ini akan siap ditebar ketika sudah dipindahkan dan dipelihara terlebih dahulu didalam jaring.Hal ini dimaksudkan agar benih ikan patin mampu beradaptasi dengan lingkunagan barunya .Budidaya ikan patin in imemang perlu perhatian yang besar.

Berikut ini ciri-ciri induk ikan patin yang sehat dan siap dipijahkan adalah sebagai berikut:
1.Proses Pembenihan Pada Budidaya ikan Patin induk Betina
·         Berumur tiga tahun
·         Ukuran antara 1,5-2 kilogram
·         Perut membesar kea rah anus
·         Perut terasa empuk dan halus saat diraba
·         Kloaka membengkak  dan berwarna merah tua Kulit pada bagian perut lembek dan tipis
·         Ketika kloaka ditekan maka akan keluar beberapa butir telur dengan bentuk bundar yang besarnya seragam

2.Proses Pembenihan Pada Budidaya Ikan Patin Jantan
·         Berumur dua tahun
·         Ukuran 1,5-2 kilogram
·         Kulit perut lembek dan tipis
·         Bila diurut akan keluar cairan sperma berwarna putih
·         Kelamin membengkan dan berwarna merah tua

Proses Pembesaran Budidaya Ikan Patin
Pembasaran ikan patin dapat dilakukan dikolam,dijala apung baik dengan system kolam maupun dalam keramba,Berikut penjelasanya:Pembesaran ikan patin dikolam dapat dilakukan melalui system monokultur maupun polikultur.Pembesaran ikan patin dijala apung sebaiknya memerhatikan lokasi pemeliharaan .bagaimana cara menggunakan jala apung ,bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses pembesarannya.Pada pembesaran ikan patin,system yang perlu diperhatikan pemilihan lokasi kuwalitas air,penebaran benih dan pemberian pakan serta pengontrolan .Pada pembesaran ikan patin di keramba yang perlu diperhatikan adalah masalah pemilihan lokasi penebaran benih ,pemberihan pakan tambahan ,pengontrolan,dan pemanenan

Proses Panen Budidaya Ikan Patin
Pastikan ikan patin tidak terkoyak siripnya ketika anda mengangkat dikolam pembesaran ikan patin.Ikan patin yang terkoyak siripnya akan mengalami penurunan harga sehingga tak laku dipasaran ,Budidaya ikan patin juga membutuhkan kehati-hatian yang lebih diteil.Ketika budidaya ikan patin anda sudah mulai membuahkan membuahkan hasil.Jangan jala yang besar dan kasar untuk menangkap ikan patin karna akan menyakiti dan merusak tubuh ikan patin.Sebaiknya gunakan serok dengan jala yang halus.Pilihlah ikan patin yang benar-benar siap panen sehingga hasil yang anda dapatkan pun maksimal.

Pengemasan Benih Dalam Budidaya Ikan Patin
Pengemasan benih ikan patin harus dapat menjamin keselamatan benih selama pengangkutan .Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih ikan patin ketika anda mulai berbisnis budidaya ikan patin yaitu:

     Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan .Setiap kantong dibuat rangkap untuk menghindari kebocoran
    Benih ikan yang telah di puasakan selama 18 jam , supaya menghindari kematian dari amoniak yang ditimbulkan oleh kotoran ikan
     Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan air dan oksigen=1:2) Setelah itu diikat dengan karet gelang rangka
    Kantong-kantong  yang berisi benih dimasukkan kedalam kardus,untuk menghindari benturan yang mengakibatkan kebocoran
    Lama pengangkutan benih ikan patin dapat diangkut selama  10 jam dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%


Tips Budidaya Benih Ikan Patin
Secara umum budidaya ikan patin terdiri dari dua kegiatan yakni pembenihan dan pembesaran.Kegiatan pembenihan ikan patinmasih tergolong sesuatu yang jarang  diketahui sebab selama ini masyarakat lebih memilih mengambil benih ikan patin di Balai-balai penangkaran,sehingga usaha dibidang pembenihan ini sangan potensial dibandingkan di bidang pembesaran,apalagi proses yang dibutuhkan untuk panen sangatlah singkat dibandingkan pembesarannya,dan proses pembenihan ikan patin ini meliputi proses yaitu:
1.Memilih indukan yang siap di pija
2.Menyiapkan hormon atau kelenjar hipofese yang bersumber dari ikan donor,yakni jenis ikan mas
3.Induce breeding atau proses kawin suntik
4.Striping atau kegiatan pengurutan
5.Proses penetasan larva
6.Proses pendederan
7.Proses pemanenan

Cara Pembenihan dan Pemijahan ikan Mas


Cara Pembibitan Pemijahan Pada Budidaya Ikan Mas
Cara pembibitan pemicahan sangat penting dalam usaha budidaya ikan mas, sebenarnya tidak sulit hanya perlu ketelitian dan kesabaaran. Sebelumnya persiapan sarana dan peralatan seperti kolam dan alat bantu lainya, setelah itu baru masuk ke tahap berikut ini:

Memilih Bibit Induk Ikan Mas

Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi intensif dan intensif. Semakin berkembang teknologi budidaya ikan, khusus teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk berkualitas baik.

Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan. Penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan.

Pembibitan Pemijahan Ikan Mas

Ciri induk jantan dan induk betina unggul siap dipijah adalah :

1. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
2. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
3. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
4. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
5. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.

Cara membedakan induk jantan dan induk betina adalah :

1. Betina
> Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
> Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
> Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.

2. Jantan
> Badan tampak langsing.
> Gerakan lincah dan gesit.
> Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

Sistem Pembenihan / Pemijahan Ikan Mas

Sisem pemijahan tradisional, diantaranya:

Cara sunda
1. Luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari;
2. Sediakan injuk untuk menepelkan telur;
3. Setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam penetasan.

Cara cimindi
1. Luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
2. Sediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
3. Setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
4. Tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.

Cara rancapaku
1. luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu;
2. Sediakan rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
3. Setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;
4. Setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.

Cara sumatera
1. Luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
2. Sediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di permukaan air;
3. Setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
4. Setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.

Cara dubish
1. Luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
2. Sebagai media penempel telur digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm;
3. Setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain;
4. Setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.

Cara hofer
1. Sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
2. Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemijahan ikan mas:

> Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
> Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25 derajat C.
> Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
> Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
> Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
- See more at: http://budidayausaha.blogspot.com/2013/03/cara-pembibitan-pemijahan-pada-budidaya-ikan-mas.html#sthash.0A8XUtex.dpuf

cara Budidaya Udang Vannamei


Budidaya Udang Vannamei
Udang adalah binatang yang hidup di perairan, Khususnya, Sungai, Laut, Dan Danau. Udang dapat di temukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar, Baik itu di air tawar Air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, Dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan.

Banyak crustaceae yang di kenal dengan nama Udang, Misalnya mantis shrimp dan mysid shrimp, Keduanya berasal dari kelas Malacostraca sebagai udang sejati. Tetapi berasal dari ordo yang berbeda, Yaitu, (Stomatopoda) Dan (Mysidaceae). Triops longicaudatus dan triops cancriformis juga merupakan hewan populer di air tawar, Yang di sebut dengan udang. Walaupun mereka berasal dari Notostraca, Kelompok yang tidak berhubungan.

Pendahuluan Udang Vannamei

Udang Vannamei (LitopenaeusVannamei) Merupakan salah satu jenis udang introduksi yang Akhir-akhir ini sangat banyak di minati, karena mamiliki keunggulan, Seperti tahan dari penyakit. Pertumbuhanya cepat (Masa pemeliharaan 100-110 hari) Sintasan (Tingkat Kelulushisupan) selama pemeliharaan tinggi dan nilai konversi pakan (FCR-Nya) rendah (1:1,3). Namun demikian pembudidaya udang yang modalnya terbatas masih menganggap bahwa udang vannamei tersebut hanya dapat di budidayakan secara intensif. Ternyata tidaklah sepenuhnya itu benar, Karena hasil kajian menunjukkan bahwa udang vannamei juga dapat di produksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga harga perkilogramnya menjadi lebih Mahal.

Tips Terbaik Budidaya Udang Vannamei


Teknologi yang tersedia pada saat ini masih untuk pola intensif, Pada hal luas areal pertambakan di Indonesia yang mencapai sekitar (360.000 ha, %) Di garap oleh petambak yang kurang mampu. Informasi teknologi pola tradisional plus untuk budidaya udang vannamei sampai saat ini masih sangat terbatas. Di harapkan dengan adanya brosur ini dapat menambah wawasan pengguna dalam mengembangkan budidaya udang vannamei pola tradisional plus. Berikut di bawah ini Tips Terbaik Budidaya Udang Vannamei.

Persiapan Tambak

1. Pengeringan (Pengolahan Tanah Dasar) : Air dalam tambak di buang, Dan Ikan-ikan liar di brantas dengan saponin, Lalu genangan air yang masih tersisa di beberapa tempat haruslah di pompa keluar, Kemudian Bak di keringkan sampai Retak-retak Jika perlu dengan cara di traktor sehingga H²S menghilang karena teroksidasi. Pengeringan secara sempourna juga dapat membunuh bakteri patogen yang ada di peralatan Tambak.

2. Pemberantasan Hama : Pemberantasan Ikan-ikan dengan sapion 15-20ppm (7,5-10 kg/ha) Dengan tinggi air tambak 5 cm.

3. Pengapungan Dan Pemupukan : Untuk menunjang perbaikan kualitas tanah dan air di lakukan pemberian kapur bakar (CaO), 1000 kg/ha Dan kapur pertanian sebanyak (320 kg/ha). Kemudian masukkan air ke tambak sehingga tambak menjadi Macak-macak, kemudian di lakukan pemupukan dengan pupuk urea (150 kg/ha) Dan pupuk kandang (2000 kg/ha).

4. Pengisian Air : Pengisian air di lakukan setelah seluruh persiapan dasar tambak telah rampung, Dan air di masukkan kedalam tambak secara bertahap. Lalu ketinggian air tersebut di biarkan di dalam tambak selama 2-3 minggu dan sampai kondisi air Benar-benar siap di beri benih Udang. Tinggi air di petak pembesaran di upayakan (≥1,Om).

Penebaran : Penebaran benur udang vannamei di lakukan setelah plangton tumbuh baik (7-10 hari) setelah penumpukan. Benur vannamei yang di pergunakan adalah PL10 - PL12 berat awal (0,001g/ekor) di peroleh dari hatchery yang telah mendapat rekomendasi bebas patogen, Spesific Pathogen Free (SPF). Kreteria benur vannamei yang bagus dan baik adalah Mencapai ukuran PL - 10 atau organ ingsangya telah Sempurna, Seragam atau rata, Tubuh benih dan usus terlihat jelas, Berenang melawan arus.

Sebelum benuh di tebar terlabih dahulu di lakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapungkan kantong yang berisi benuh di tambak dan menyiramnya dengan Berlahan-lahan. Sedangkan aklimatisasi terhadap salinitas di lakukan dengan membuka kantong, Dan di beri sedikit demi sedikit air tambak selama 15020 menit.

Selanjutnya kantong benur di miringkan dan berlahan lahan benur vannamei akan keluar dengan sendirinya. Pemberian benur vannamei di lakukan pada saat di siang hari. Padat penebaran untuk pola tradisional tampa pakan tambahan dan hanya mengandalkan pupuk susulan 10% dari pupuk awal adalah (1-7 ekor/m²). Sedangkan apabila menggunakan pakan tambahan pada di bulan ke 2 pemeliharaan. Maka di sarankan dengan padat tebar (8-10 ekor/m²).

Pemeliharaan : Selama pemeliharaan, Di lakukan monitoring kualitas air memiliki : Suhu, Slinitas, Transparasi, pH dan kedalaman air dan oksigen setiap hari. Selain itu juga, dilakukan pemberin pemupukan urea dan TPS susulan setiap 1 minggu sebanyak 5-10% dari pupuk awal. (Urea 150kg/h)dan hasil fermentasi probiotik yang di berikan seminggu sekali, Guna menjaga ke stabilan plangton dalam tambak.

Pengapuran susulan dengan dolomit super dilakukan apabila pH berfluktuasi. Dan pakan di berikan pada hari ke 70 dimana pada saat itu dukungan pakan alami (plangton) telah berkurang atau pertumbuhan udang mulai lambat. Dosis pakan yang di berikan 5-2% dari biomassa udang  dengan frekuensi pemberian 3 kali/hari yakni (30% pada jam 7.00 dan 16.00 serta 40%pada jam 22.00).

Pergntian air yang pertama kali di lakukan setelah udang berumur 60 hari dengan volume pergantian 10% dari volume total. sedangkan pda bukan berikutnya hingga panen, volume pergantian air di tingkatkan mencapai 15-20% pada setiap priode pasang. Sebelum umur pemeliharan mencapai 60 hari hanyaa di lakukan penambahan air sebanyak yang berkurang atau hilang akibat penguapan atau rembesan. Kualitas air yang layak untuk pembesaran vannmei adalah silinitas optimal 10-25 ppt (Toleransi 50 ppt). Suhu 28-31 derajat C, Oksigen 4 ppm, Amoniak 0,1 ppm, Dan pH 7,5-8,2 Dan H²S 0,003 ppm.

Panen : Panen harus mempertimbangkan aspek harga, Pertumbuhn dan kesehatan udang. Dan panen di lakukan setelah umur pemeliharaan (100-110 hari). Perlkukan sebelum panen adalah pemberian kapur dolomit sebanyak (80 kg/ha) Dan (Tinggi air tambak 1 m), Dan mempertahankan ketinggian air (Tidak ada pergantian air) Selama 2-4 hari yang bertujuan agar udang tidak mengalami Ganti kulit atau (Molting) pada saat panen. Selain dari itu di persiapkan peralatan panen yang berupa keranjang Panen. Dan jaring di pasang di di puntu air, Jala lempar, stiroform, Ember, Baskon, Dan lampu penerangan di lakukan dengan menurunkan volume air secara grafitasi dan di bantu pengeringan dengan Pompa.

Bersaamaan dengan aktifitas tersebut juga dilakukan penangkapan udang dengan Jala. Sebaiknya panen di lakukan pada malam hari, Yang bertujun untuk mengurangi resiko kerusakan mutu Udang, Karena udang hasil panen sangat peka terhadap sinar matahari lansung. Dan udang hasil panen (tangkapan) juga harus di cuci dan di rendam kedalam Es. Selanjutnya di bawa ke cold storage. Dengan pola tradisional plus produksi Udang Vannamei 836-1050 kg/ha/musim tanam dengan sintasan 60-96%, Ukuran panen antara (55-65 ekor/kg).

Sekian terimakasih karena anda telah menyimak dan membaca artikel Tips Terbaik Budidaya Udang Vannamei tersebut

Pembenihan Udang Vanamie

 Pembenihan Vannamei

Pendahuluan

Udang merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan dalam program revitalisasi perikanan. Pada awalnya jenis udang yang dibudidayakan di air payau adalah udang windu, pemerintah kemudian mengintroduksi udang vannamei untuk membangkitkan kembali usaha perudangan di Indonesia dan dalam rangka diversifikasi komoditas perikanan (Hendrajat dkk, 2007).
Permintaan udang yang semakin meningkat dapat dilihat dari volume ekspor udang Indonesia pada tahun 2010 yang mencapai 63,3 % dari total nilai ekspor hasil perikanan Indonesia sebesar USD 2,34 miliar. Untuk mencapai target produksi udang sebesar 540.000 ton, diperlukan induk sedikitnya 900.000 ekor dan benur udang 52,31 milyar ekor.  Melalui manajemen budidaya yang lebih baik  ditargetkan  produksinya dapat meningkat sebesar 17,38% per tahun, yaitu: 275 ribu ton pada tahun 2010 menjadi 500 ribu ton tahun 2014 (PSDKP Kendari, 2010).

Persiapan

         Persiapan bak pemeliharaan larva dilakukan dengan cara mencuci bak tahap I menggunakan larutan detergen dan kaporit, kemudian dibilas dan dikeringkan.  Selama proses pengeringan dilakukan fungigasi pada ruangan dan bak pemeliharaan larva 2-3 hari sebelum penebaran naupli. Satu hari sebelum penebaran naupli dilakukan pencucian bak tahap II menggunakan larutan vircon aquatic. Hal ini sesuai dengan pendapat FAO (2005), bak yang akan digunakan untuk kegiatan pemeliharan larva dibersihkan menggunakan detergen dengan cara menyikat seluruh permukaan dinding bak.
          Sebelum digunakan, instalasi aerasi dibersihkan menggunakan larutan detergen dan kaporit yang digunakan pada proses pencucian bak. Setelah dicuci, selang aerasi dan batu aerasi direndam dalam larutan formalin selama 24 jam, sedangkan batu pemberat langsung dijemur hingga kering. Sebelum dipasang, selang aerasi direndam dalam larutan formalin. Jarak antar titik aerasi adalah 40 cm dengan jumlah titik aerasi pada modul A 88 titik dan 112 titik pada modul B.
          Pengisian air laut dilakukan satu hari sebelum penebaran naupli dengan volume 40-60% dari kapasitas total. Air laut disterilisasi menggunakan chlorin 15 ppm. Air dinetralisasi menggunakan Natrium thiosulfat 7 ppm. Penebaran naupli dilakukan pada siang hari dengan kepadatan 100 ekor per liter. Sebelum dilakukan penebaran, ember yang berisi naupli dicelupkan dalam larutam trefflan 200 ppm, kemudian dilakukan proses aklimatisasi.
        
          Pemeliharaan
          Kegiatan pemeliharaan larva dibagi menjadi dua fase. Pada proses pergantian fase dilakukan transfer larva yaitu pada saat larva memasuki stadia PL4. Pakan yang diberikan larva udang vannamei berupa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang diberikan berupa Thallasiosirra, Chaetoserros, dan Skeletonema (Fitoplankton) serta artemia (Zooplankton). Hal ini sesuai dengan Edhy dkk (2003), beberapa jenis fitoplankton yang digunakan untuk makanan larva udang adalah skeletonema, tatraselmis, dan Chaetoserros. Sedangkan Harefa (2003), menyatakan naupi artemia merupakan zooplankton yang banyak diberikan pada larva udang. Penyediaan pakan alami jenis fitoplankton dilakukan dengan cara kultur skala laboratorium, intermediet, dan massal.  Pakan algae dierikan pada stadia N5-6 hingga PL1. Frekuensi pemberian algae disesuaikan dengan ketersediaan algae pada media pemeliharaan, untuk itu dilakukan penghitungan sisa algae yang terdapat dalam media pemeliharaan. Algae diberikan dengan cara mentransfer algae dari bak skala massal menuju bak pemeliharaan larva. Penyediaan artemia dilakukan dengan cara kultur tanpa dekapsulasi dengan frekuensi pemberian 3 kali sehari yaitu pukul 09.00, 15.00, dan 21.00 WIB.
          Pakan yang diberikan berupa pakan serbuk, cair, dan flake dan diberikan pada saat larva memasuki stadia zoea1. Jenis pakan buatan yang digunakan yaitu Microparticulado, Microfine Spirulina, Nossan, Flake Negro,  Lancy Shrimp MPL, Epifeed, Frippak, Tzu-Feng Shrimp Flake, Royal Seafood, dan Epiball. Frekuensi pemberian pakan buatan sebanyak 8 kali sehari yaitu pukul 07.00, 11.00, 13.00, 17.00, 19.00, 23.00, 01.00, dan 04.00 WIB dengan dosis pakan yang selalu meningkat seiring meningkatnya umur larva. Selain itu,  juga diberikan bahan-bahan pendukung berupa  Essen Ce, Geno ALA, Vitamin C, dan Chitozan.
          Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan memonitoring parameter kualitas air dan melakukan pergantian air. Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, DO, salinitas, pH, nitrit, amonium, dan total bakteri yang dilakukan setiap hari kecuali nitrit dan amonium (saat pergantian stadia). Pergantian air dilakukan saat larva memsuki stadia mysis 3 sampai dengan panen. Semakin bertambah tingkatan stadia semakin besar presentase pergantian air yaitu pada stadia M3 sebesar 10% sampai dengan stadia PL10 sebesar 50%. Pada stadia PL4 presentase sebesar 100% karena pada saat itu dilakukan transfer larva. Hal ini sesuai dengan FAO (2007), untuk menjaga kualitas air pada media pemeliharaan larva, harus dilakukan pengelolaan air yang baik. Pengelolaan air dapat dilakukan dengan penyiponan dan pergantian air. Selain itu, diberikan juga probiotik dan kapur tani untuk menekan infeksi dan penyebaran bakteri patogen (probiotik) serta untuk menjaga kestabilan pH (kaptan).

          Jenis penyakit yang menyerang larva selama proses pemeliharaan yaitu vorticella, jamur merah, dan necrosis. Pencegahan yang dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi terhadap penyakit yaitu dengan melakukan treatmen air media menggunakan EDTA dan trefflan, penerapan teknologi biosecurity, penyemprotan larutan formalin, penyiraman kaporit pada lantai ruang pemeliharaan, dan fungigasi.
          Untuk mengetahui kondisi dan perkembangan larva dilakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis dilakukan dengan cara visual untuk mengetahui kondisi tubuh larva, sisa pakan, dan kotoran. Sedangkan pengamatan secara mikroskopis dilakukan dengan bantuan mikroskop untuk mengetahui morfologi tubuh larva, keberadaan parasit dan patogen, serta menilai kondisi kesehatan tubuh larva (Scoring Health Larvae).  Penilaian kesehatan larva meliputi presentase isi usus, presentase cadangan lemak (lipid doplet),  Bolitas HP, Bolitas GI, ada tidaknya penempelan pada tubuh larva (Epibion), ada tidaknya luka pada tubuh larva (Necrosis), pigmentasi, dan Good Muscle Ratio/GMR (Perbandingan antara otot dengan usus).

          Panen

          Pemanenan dilakukan pada saat larva memasuki stadia PL10, tetapi hal tersebut dapat berubah sesuai dengan permitaan konsumen. Hal ini sependapat dengan Wyban dan Sweeney (1991), yang menyatakan normalnya pemanenan benur udang dilakukan pada saat mencapai stadia PL8 sampai dengan PL10. Benur yang dipanen harus mencapai panjang minimal 8 mm, gerakan aktif dan melawan arus, responsif, dan lulus uji stress. Waktu untuk melakukan pemanenan disesuaikan dengan permintaan konsumen dan jarak tempuh yang dibutuhkan untuk mendistribusikan benur.
          Pengepakan benur dilakukan menggunakan kantong plastik ukuran 50x20 cm dengan perbandingan O2 dan air yaitu 1:1. Pada tiap plastik packing diberi karbonaktif sebanyak    10-20 granule. Plastik tersebut diikat dan dikemas dalam styrofoam dengan kapasitas10 plastik per styrofoam, kemudian styrofoam diberi es batu. Kepadatan benur dalam plastik disesuaikan dengan stadia benur dan lamanya waktu pengiriman. Biasanya pada pemanenan stadia PL10 berkisar antara 2000-4000 ekor benur dengan lama waktu pengiriman 1-4 jam. Benur dijual seharga Rp 28 per ekor.

pemijahan ikan Lele


 A.  Latar Belakang
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk di Indonesia, jumlah kebutuhan pangan pun semakin meningkat.  Kesadaran masyarakat untuk memilih makanan yang begizi harus sejalan dengan jumlah ketersediaan bahan pangan yang ada, terutama kebutuhan sumber protein yang didapat dari hewan.  Ikan merupakan salah satu alternatif sumber protein tinggi dengan harga yang dapat dijangkau kalangan masyarakat dari golongan menengah kebawah sampai golongan menengah ke atas.

Ikan lele merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat.  Perkembangan ikan lele semakin meningkat setelah masuknya lele dumbo ke Indonesia sekitar tahun 1985.  Lele dumbo merupakan ikan hasil persilangan antara lele betina dari spesies Clarias fuscus dengan pejantan dari spesies Clarias mossambicus, memiliki sifat-sifat yang unggul, diantaranya pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan lele lokal.  Selain itu, ikan ini dapat dipijahkan sepanjang tahun dengan fekunditas telur yang tinggi, serta mampu hidup di lingkungan dengan kulaitas perairan yang buruk (Nasrudin, 2010).

Keunggulan dan kemudahan membudidaya ikan lele dumbo telah membuat pembudidaya tidak lagi memperhatikan kaidah-kaidah proses produksi benih yang baik, terutama dalam hal pemilihan induk.  Penggunaan induk lele dumbo yang tidak sesuai seperti adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) yang terus menerus, menyebabkan penurunan kualitas genetik ikan lele dumbo. Akibatnya, benih yang dihasilkan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangsa pasar yang ada karena ketersediaan yang tidak menentu serta kualitas yang menurun.

Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena permintaan ikan lele makin hari makin meningkat, dengan kualitas benih yang ada, tentu permintaan tidak dapat dipenuhi. Kalaupun bisa terpenuhi, benih yang dihasilkan tidak berkualitas.  Melalui Balai Besar Pengembangan Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, perbaikan dilakukan melalui silang balik (backcross) antara lele dumbo jantan generasi ke enam (F6) dengan lele dumbo betina tetuanya generasi ke dua (F2). Dari perkawinan ini dihasilkan lele strain baru yang diberi nama Lele Sangkuriang dan telah dirilis sebagai lele varietas unggul pada pertengahan tahun 2004 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (Nasrudin, 2010).

Untuk mengatasi kekhawatiran akan adanya penurunan kualitas induk seperti yang terjadi pada lele dumbo, diperlukan sumberdaya manusia yang terampil dan paham terhadap kaidah-kaidah produksi benih ikan yang baik, yaitu dengan memperhatikan kualitas induk dan teknik pemijahan yang efektif dan efisien.  Sehingga pasokan benih tercukupi, namun tetap memiliki jaminan kualitas yang unggul.

B.  Tujuan
Melalui praktikum ini, diharapkan mahasiswa mengerti dan paham pentingnya melakukan pembenihan ikan dengan cara yang baik dan benar, sehingga kuantitas dan kualitas benih tetap terjaga.



II. METODOLOGI


A.  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal 14 Maret 2013 sampai dengan selesai bertempat di Laboratorium Basah (wet lab) Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B.  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat suntik (spuit), bak pemijahan, ember, serok, kakaban, pemberat, handuk, heater, mikroskop, sikat tembok kamera, cover glass, pipet tetes, golok, gergaji, dan stop kontak/terminal. Sedangkan bahan-bahan yang dipakai adalah induk ikan lele, pakan ikan (pellet dan keong mas), hormon ovaprim, garam ikan, dan air bersih.

C.  Cara Kerja
1.    Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk merupakan kegiatan memelihara induk yang akan digunakan agar benar-benar matang gonad dalam wadah yang terkontrol. Induk yang akan dipijahkan adalah ikan lele sangkuriang yang didatangkan dari BBPBAT Sukabumi melalui Balai Benih Ikan Metro, Lampung dan dari Saudara Suhendra Yudha.  Induk dari Metro dipelihara selama satu minggu, sedangkan dari saudara Suhendra tidak dilakukan pemeliharaan karena induk sudah siap pijah. Dalam pemeliharaan induk, bak yang digunakan sebanyak dua buah, dimana pemeliharaan antara indukan jantan dan betina dipisah.  Selama pemeliharaan, induk diberi makan keong mas pada pagi dan sore hari secara adlibitum.

Ciri-ciri induk jantan yang siap memijah adalah perutnya ramping, ukuran 500-800 gram dan papila berwarna  merah serta panjangnya melewati pangkal sirip anal.  Sedangkan pada induk betina perut besar dan lembek bila diraba, kloaka memerah dan membengkak, bila sekitar kloaka diurut akan mengeluarkan beberapa butir telur berwarna kuning.

2.    Persiapan Bak Pemijahan
Bak yang digunakan untuk memijahkan berukuran 2x4 m.  Sebelum diisi air, bak dibersihkan dan dikeringkan. Setelah bersih, bak diisi air bersih setinggi 20-25 cm, lalu didiamkan selama 24 jam. Selanjutnya kakaban disusun didasar kolam sebanyak empat buah.  Kakaban berfungsi sebagai substrat tempat menempelnya telur.

3.    Pemberokan
Sebelum didatangkan, induk sudah diseleksi dari sumber induk diperoleh.  Sehingga, setelah masa pemeliharan yang harus dilakukan sebelum pemijahan adalah pemberokan atau pemuasaan.  Pemberokan dilakukan di bak pemeliharaan selama satu hari.  Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan lemak yang ada pada gonad yang akan menghambat pengeluaran telur, selain itu pemberokan juga bertujuan untuk memudahkan membedakan induk yang perutnya besar akibat pakan atau karena gonad. 

4.    Pemijahan
a.    Secara Alami (Natural spawning)
Pemijahan secara alami dilakukan tanpa menggunakan hormon perangsang, sehingga induk yang harus dipijahkan adalah induk yang benar-benar matang gonad. Pemijahan dilakukan dengan rasio perbandingan betina dan jantan sebanyak 1 : 1. Induk dimasukkan ke dalam bak pemijahan pada sore hari menjelang petang, dan diharapkan akan memijah pada malam hari.  Ikan lele menyukai kondisi yang gelap, sehingga didalam ruangan lampu tidak dihidupkan.

b.   Semi Alami (Induce spawning)
Pemijahan semi alami pada dasarnya hampir sama dengan pemijahan alami, perbedaannya terdapat pada penyuntikan hormon.  Akan tetapi, setelah penyuntikan induk dilakukan tidak dilakukan pengurutan pada betina, melainkan induk jantan dan betina disatukan dalam bak pemijahan. Penyuntikan ini bertujuan untuk merangsang pematangan gonad, dan dilakukan pada induk jantan dan betina. Menurut Subagja (2010), dosis yang direkomendasikan untuk penyuntiksn induk betina adalah 0,6-0,75 ml/Kg induk, sedangkan untuk induk jantan adalah ,5 ml/Kg induk. Pada praktikum ini, penyuntikan dilakukan pada siang hari, kemudian induk dikembalikan ke bak pemeliharaan.  Setelah itu, pada sore harinya induk jantan dan betina disatukan dalam bak pemijahan berukuran 2x4 m.  Diharapkan pada malam harinya ikan dapat memijah.

5.    Penetasan Telur
Setelah induk memijah, induk diangkat dan dikembalikan ke bak pemeliharaan. Selanjutnya kakaban di apungkan dengan membalikkan kakaban, sehingga lapisan kakaban yang ditempeli telur berada dibagian bawah. Hal ini bertujuan agar telur mendapat suplai oksigen, karena permukaan air merupakan tempat masuknya oksigen ke dalam air.


IV. PEMBAHASAN

Selama praktikum, dilakukan pemijahan sebanyak empat kali, tiga kali secara alami dan satu kali semi alami dengan induk sebanyak enam pasang. Pemijahan pertama dilakukan dengan menggunakan induk yang diperoleh dari BBI Metro, dan setelah semalam disatukan, induk tidak memijah.  Dengan induk yang sama, kami coba lagi dengan menyuntikan hormon ovaprim.  Setelah disatukan, keesokan harinya induk tidak memijah.

Karena induk dari Metro gagal memijah, maka didatangkan kembali induk lele dsri saudara Suhendra.  Induk yang didatangkan sudah diseleksi terlebih dahulu, sehingga setelah datang ikan langsung dipasangkan pagi itu juga. Setelah dipasangkan, siang harinya induk sudah memijah. selanjutnya induk tersebut dikembalikan di bak pemeliharaan dan kakaban diapungkan. Berdasarkan pengamatan embrio, telur-telur tersebut menetas setelah 18-24 jam. Namun, berbeda dengan kondisi telur yang ada di bak pemijahan, telur-telurnya justru berwarna putih susu, dan ini menandakan bahwa telur gagal menetas.

Pada pemijahan yang ke empat, induk didatangkan dari saudara Suryo yang menurut informasi berasal dari Metro. Induk tersebut sebanyak sepasang, dan dipijahkan dengan memasangkannya pada sore hari.  Keesokan harinya, ikan sudah bertelur dan induk segera dipindahkan. Setelah 24 jam setelah bertelur, larva ikan sudah mulai nampak, namun pada hari ke dua setelah menetas larva mati.

Dari beberapa prcobaan pemijahan yang dilakukan, kesemuanya mengalami kegagalan, baik pada saat pemijahan, penetasan atapun perawatan larva.  Pada pemijahan pertama dan kedua, diduga induk belum siap pijah, dan stress. Terlihat dari kondisi induk betina yang kurus dan sirip gripis.  Sehingga meskipun telah dirangsang dengan hormon ovaprim, ikan tetap tidak mau memijah.

Pada pemijahan ke tiga, induk sudah bertelur, namun gagal saat penetasan.  Hal ini diduga akibat kualitas air yang tidak sesuai standar, terutama temperatur dan kelarutan oksigen. Rendahnya temperatur air akibat tidak adanya cahaya yang masuk ke dalam ruangan.  Untuk mengantisipasi kondisi ini, dapat menambahkan aerasi dan heater.

Selanjutnya pada pemijahan yang ke empat, ikan bertelur dan untuk mengoptimalkan suhu, telah ditambahkan penghangat.  Secara visual, yaitu dengan mengamati warna telur, diperkirakan sekitar 50 % telur menetas. Namun setelah satu hari menetas larva mati semua. Permasalahannya hampir sama dengan pemijahan ke tiga meski telah ditambahkan heater.  Akan tetapi, secara keseluruhan permasalahan timbul dari kondisi tempat pemijahan yang kurang ideal, tidak ada sumber cahaya, kondisi lembab yang memicu timbulnya penyakit, serta kurangnya respon dari praktikan terhadap kondisi tempat tersebut.  Pada kondisi lembab dan tidak ada sinar matahari, bak pemijahan bisa kering namun tidak menjamin bahwa bibit penyakit mati akibat pengeringan.

Permasalahan diatas dapat diselesaikan dengan memanipulasi tempat memijah. Bisa dengan penambahan heater, bila satu tidak cukup dapat dilebihkan, bisa dengan menambahkan aerasi untuk suplai oksigen atau dapat pula menambahkan lampu pijar yang bisa dihidupkan 24 jam selama penetasan telur agar suhu optimal. Selain itu, untuk memastikan bak pemijahan sudah steril, maka dapat dilakukan pengapuran, atau dengan menyemprotkan bahan desinfeksi lain ke dinding dan dasar bak.

Untuk kedepannya, apabila ingin melakukan usaha pembenihan maka kondisi tempat pemijahan seperti diatas tidak direkomendasikan. Hal ini merupakan pelajaran berharga bagi kami selama praktikum.  Setidaknya banyak pengalaman yang bisa didapat dan bisa menjadi bahan pembelajaran bagi kami untuk terus menggali informasi terkait teknik budidaya ikan lele yang baik dan benar.

Pemijahan Ikan Nila


PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam bisnis ikan air tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya komoditas nila adalah :
a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit,
b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan,
c) memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan pertanian,
d) memiliki kemampuan tumbuh yang baik, dan
e) mudah tumbuh dalam sistem budidaya intensif.
Sebagai salah satu jenis ikan air tawar, nila telah lama pula dikembangkan sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk ikan utuh maupun dalam bentuk fillet. Negara-negara pengekspor ikan nila antara lain China, Ekuador, Kuba, Honduras, dan juga Indonesia. Adapun negara-negara yang tercatat sabagai pengimpor ikan nila antara lain Timur Tengah, Singapura, Jepang dan Amerika Serikat. Kebutuhan ikan nila Amerika Serikat cukup tinggi sedangkan produksi nila domestik belum dapat memenuhi kebutuhannya. Pada tahun 1998 impor nila Amerika Serikat dari manca negara mencapai 45 ton dan pada tahun 1999 meningkat lagi 15% atau sekitar 52 ton (infofish, 2001).
Pengembangan Budidaya nila di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1969. Namun demikian budidaya secara intensif mulai berkembang tahun 1990-an yang berkaitan dengan maraknya budidaya nila di Keramba Jaring Apung. Perkembangan budidaya intensif di Indonesia belum begitu menggembirakan karena beberapa faktor antara lain masih rendahnya efisiensi produksi dan rendahnya harga pasar disamping pengadaan benih dan induk yang bermutu.
Teknologi budidaya ikan nila dalam mendukung intensifikasi pembudidayaan diarahkan untuk meningkatkan efisiens produksi, dalam rangka meningkatkan daya saing harga. Beberapa upaya yang berkaitan dengan pengkajian teknologi antara lain pengkajian teknik pembenihan, yang meliputi; kontruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan induk dalam pemijahan (jumlah induk minimal yang dipijahkan dalam rangka menghambat laju silang dalam), teknik produksi benih tunggal kelamin jantan dan benih steril (melalui hormonisasi, YY-Male, dan tetraploidisasi). Sedangkan pengkajian teknik pembesaran diarahkan untuk menghasilkan ikan konsumsi yang memenuhi persyaratan ukuran permintaan ekspor (ukuran ikan minimal 500 gram per ekor) antara lain melalui kajian penggunaan benih tunggal kelamin.

II. TEKNIK PRODUKSI IKAN NILA
1. Pembenihan
Teknik pembenihan yang tepat dengan kualitas benih yang unggul
Bahan dan Peralatan
- Sarana pembenihan dapat berupa kolam atau bak, keramba, dan kolam sawah.
- Wadah pemeliharaan induk di kolam/KJA berbentuk empat persegi panjang/bujur sangkar, tidak luas, dalam dan tertutup. Desain untuk pemijahan dan penampungan di kolam berbentuk persegi panjang dangkal dan tidak luas.
- Desain tempat pemeliharaan induk dan pemijahan di kolam kedalaman 1,2 m di bagian terdangkal dan 1,4 m di bagian terdalam dengan luas minimum 0,2 Ha.
- Induk ikan nila
Pedoman Teknis
a. Persiapan
- Induk ikan nila yang selama pemeliharaan diberi pakan bermutu tinggi dalam jumlah yang cukup dan sudah didesinfeksi agar bebas dari jasad penyakit.
- Induk jantan yang telah matang gonad berwarna hitam kelam, bagian dagu putih, alat kelamin meruncing dengan warna putih bersih dan ujung sirip ekor dan sirip punggung berwarna merah cerah. Induk betina yang telah matang gonad mempunyai badan yang berwarna hitam kelam, bagian dagu putih.
- Induk harus sudah memijah tidak lebih dari 6 kali.
- Kolam hendaknya dengan dasar pasir.
b. Pemijahan
BBAT Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan induk dalam satu unit produksi benih dengan mempertimbangkan bilangan pemijah. Jumlah induk dalam satu populasi pemijahan secara masal disebut satu paket. Satu paket induk berjumlah 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan dan 300 ekor betina (Ne = ±133,3). Dengan induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat laju silang dalam dan memungkinkan keturunannya dapat dijadikan induk kembali setelah melalui kegiatan seleksi.
Penebaran induk dilakukan pada pagi hari saat suhu udara dan air masih rendah. Padat tebar induk adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket induk sebanyak 400 ekor memerlukan lahan untuk pemijahan seluas 400 m2. Satu periode pemijahan berlangsung selama 10 hari untuk dapat dilakukan pemanenan larva. Proses pemijahan sendiri dapat berlangsung selama delapan periode pemijahan dengan delapan kali pemanenan larva, tanpa harus mengangkat induk. Setelah akhir periode, induk diangkat dari kolam pemijahan dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina untuk pematangan gonad selama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut dimasukkan kembali kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
- Ikan nila dapat dipijahkan secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon), semi buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses ovulasi secara alamiah), dan buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses ovulasi dan pembuahan dilakukan secara butan).
- Rangsangan agar induk dapat memijah dapat dilakukan dengan cara manipulasi lingkungan seperti pengeringan kolam, pengaliran air baru dan pemberian lumpur pada dasar kolam atau dengan cara hormonal/teknik hipofisasi.
- Setelah induk ikan betina memijah maka di dalam kolam yang telah disterilisai, induk-induk ikan tersebut diberi kejutan agar segera mengeluarkan telur yang dierami di dalam mulutnya ke media wadah.
- Telur ditetaskan ditempatkan dalam media wadah dan induk dikembalikan kedalam kolam pemijahan.
c. Penetasan telur
- Penetasan sebaiknya dilakukan di dalam akuarium/kontainer dengan kondisi lingkungan yang menyerupai mulut ikan nila.
- Wadah penetasan telur harus bersih dan telah dikeringkan 1-2 hari, dan telah direndam dengan larutan KMnO4 dengan dosis 20 ppm atau Malachit 5-10 ppm selama 15-30 menit. Air yang digunakan harus berkualitas baik dan baru seperti dari sumber air, sumur, air irigasi yang telah difilter. Aliran air dengan debit 10-15 l/menit. Pemeliharaan larva dan benih dipersiapkan secara cermat.

d. Kontruksi Kolam pembenihan
Kontruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari kontruksi sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai out let. Outlet kolam menggunakan “standing pipe”. Kontruksi ini tidak memerlukan kayu papan untuk menutup pintu pengeluaran kolam (outlet), saat pemanenan cukup dengan memiringkan pipa sedikit demi sedikit sehingga larva tidak terbawa arus kuat, kematian larva dan induk pun relatif sangat sedikit. Tenaga kerja efisien dan efektif, yaitu cukup dua orang untuk kolam dengan luas 800 m2. Konstruksi dasar kolam dilengkapi dengan bak yaitu disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi panjang dengan luas sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya 50-70 cm. dibuat dekat outlet kolam, dengan fungsi utamanya adalah sebagai tempat berkumpulnya induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam (kemalir) dibuat dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan induk dan larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen. Penampang kolam pemijahan seperti pada Gambar 1.


Gambar 1. Penampang kolam pemijahan ikan nila

e. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila antara lain peneplokan/ perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan di pintu pemasukan serta pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk menghindari masuknya ikan-ikan liar sebagai predator atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.

f. Pengelolaan Pakan dan Air saat pemijahan
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang diberikan harus cukup mengandung protein ( 28-30%).
Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka meningkatkan kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu makan induk disamping mengganti air yang menguap. Dengan demikian air yang mengalir ke kolam terlimpas ke luar kolam melalui saluran pengeluaran.
Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti air yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
g. Panen Larva hasil pemijahan
Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari. Tergantung luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari sebelumnya. Penyurutan air kolam dilakukan pertama-tama sampai setengah-nya. Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu dibersihkan dari lumpur dengan cara membuka sumbat outlet kobakan. Penyusutan secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan pengambilan larva menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan larva ini dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara total sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan.
Sarang tempat pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan diratakan kembali. Ukuran larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu dilakukan sortasi menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina yang memijah sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000 ekor/paket/10 hari
Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
2. Pendederan larva
a. Kontruksi kolam
Kontruksi kolam pendederan sama dengan untuk pemijahan. Tujuan lain dari kontruksi yang sama tersebut adalah bahwa antara kolam induk dan kolam benih dapat saling bergantian dalam penggunaannya.
b. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pendederan ikan nila antara lain peneplokan pematang dengan kontruksi tanah, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan penyaring di pintu pemasukan air, pemupukan dengan dosis 250-500 gram/m2 (sesuai dengan kesuburan tanah dan air), pengapuran (bila perlu) serta pengisian kolam dengan air. Pemasangan penyaring dimaksudkan untuk menghindari masuknya predator, ikan-ikan lain dan atau ikan nila jenis lain yang dapat mempengaruhi tidak hanya dari segi kuantitas hasil produksi, tetapi juga kualitas benih yang dihasilkan.
c. Padat Tebar
Pendederan ikan nila dilakukan dalam dua atau tiga tahap. Pendederan tiga dapat langsung merupakan lanjutan dari pendederan kedua. Lama pendederan pertama adalah 30 hari dengan target benih berukuran 3-5 cm. Pendederan kedua dan ketiga, masing-masing juga 30 hari. Benih hasil pendederan ketiga berukuran sekitar 20-30 gram/ekor.
Padat tebar pendederan pertama adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan untuk pendederan kedua dan ketiga masing-masing 75-100 dan 50 ekor/m2.
d. Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis pemberian pakan pendederan 1, 2 dan 3 masing-masing adalah 20, 10 dan 5% dari bobot biomas/hari. Pakan diberikan sehari 3 kali. Kandungan protein dalam pakan sekitar 26-28%.
Debit air dalam pendederan satu dan kedua tidak terlalu besar, yakni sekedar mengganti air yang menguap dan rembes. Namun untuk pendederan ketiga debit air juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung media terutama ketersedian oksigen yang berguna dan dapat meningkatkan nafsu makan serta laju pertumbuhan.
e. Panen Benih
Panen benih harus dilakukan pada saat suhu air kolam dan udara relatif sejuk, terutama pada pagi hari. Hal ini untuk menekan angka kematian saat panen. Langkah-langkah kerja dalam aktifitas panen benih sama halnya dengan kegiatan panen larva
f. Kriteria Mutu Benih Ikan Nila
Selain penguasaan teknik pembenihan, para pembenih juga sangat dianjurkan mengetahui kriteria benih yang sesuai dengan SNI. Berikut ini merupakan kriteria mutu benih ikan nila hitam berdasarkan SNI 01-6140-1999, yang terdiri dari kriteria kualitatif (Tabel 1) dan kriteria kuantitatif (Tabel 2).



Tabel 1. Kriteria Kualitatif Larva dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar

Tabel 2. Kriteria Kuantitatif Larva dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar.


Pembenihan ikan Nila merah Secara Alami

Pembenihan ikan Nila merah Secara Alami di  dilakukan pada kolam tanah dan bak semen atau bak beton.

Pembenihan ikan nila merah  dilakukan secara alami, pada sistem ini ikan yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu induknya baik jantan mapun betina dan dipilih induk yang betul-betul telah matang gonad/kelamin sehingga telur dan larva yang dihasilkan nantinya adalah yang terbaik dan berkualitas.

Tahap awal yang dilakukan pada kegiatan pembenihan ikan Nila merah secara alami di kolam adalah persiapan wadah yang meliputi : Pengangkatan lumpur, perbaikan pematang, perbaikan pintu air, pengeringan, Pemberantasan hama dan penyakit, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan penebaran. Setelah induk ikan ditebar selanjutnya kegiatan pemeliharaan yang meliputi : Pemberian pakan, pengontrolan kualitas air, pergantian air, sampling dan panen. Pada kegiatan panen yang harus diperhatikan adalah ukuran larva atau benih yang akan dipanen dan sebelumnya harus dilakukan greeding (memisahkan larva hasil panen berdasarkan ukurannya / Panjang dan beratnya).

Pengontrolan keadaan induk ikan dalam kolam pemeliharaan induk dan pemijahan nantinya harus selalu dilakukan, terutama terhadap nafsu makan ikan. Nafsu makan ikan yang menurun menunjukkan kualitas air kolam sudah menurun sehingga kolam harus dikuras. Pengurasan kolam diawali dengan membuka lubang pengeluaran air, lalu memasukkan air dengan aliran deras sehingga kotoran dalam kolam terbuang. Setelah itu, pintu pembuangan air ditutup kembali dan air dibiarkan penuh seperti semula. Pengurasan air dalam kolam pemeliharaan induk dan pemijahan harus dilakukan dengan hati-hati agar induk ikan yang ada dalam kolam tidak mengalami stress sehingga pemijahan akan terhambat dan tidak maksimal.

    Pembahasan

B.1. Macam Kolam
Ada dua jenis kolam yang perlu disiapkan pada kegiatan pembenihan ikan nila secara alami, yaitu :

    Kolam pemeliharaan induk

Kolam pemeliharaan induk merupakan wadah untuk memelihara calon induk atau induk yang sudah dipijahkan atau menjelang akan dipijahkan. Selain itu, kolam ini juga dapat dijadikan sebagai tempat untuk pematangan gonad.

Ikan nila merupakan jenis ikan yang sangat mudah untuk berkembang biak. Namun untuk mendapatkan benih dalam jumlah banyak dan berkualitas baik, perlu adanya pengelolaan induk secara tepat. Oleh sebab itu untuk menghindari terjadinya pemijahan yang tidak diinginkan atau pemijahan liar, maka kolam pemeliharaan induk jantan dan betina harus dipisahkan.

Kolam pemeliharaan induk tidak terlalu luas sehingga pada saat pengambilan induk kita tidak mengalami kesulitan dan pengeringan kolam juga tidak membutuhkan waktu yang lama. Luas kolam pemeliharaan induk yang ideal adalah 200 – 300 m2 dengan bentuk kolam persegi panjang.

Sistem pengaliran air pada kolam pemeliharaan induk adalah paralel ataupun seri. Untuk penempatan induk betina harus lebih tinggi agar air kolam induk jantan tidak masuk kedalam wadah induk betina sehingga induk betina tidak terangsang untuk memijah.

2. Kolam pemijahan
Kolam pemijahan merupakan wadah yang digunakan untuk mempertemukan antara induk jantan dan betina yang sudah matang gonad. Kolam ini tidak berkonstruksi khusus namun ada beberapa bagian kolam yang harus mendapat perhatian yaitu pada bagian dasar kolam dan pematang.

Ikan nila mempunyai kebiasaan berkembang biak dengan cara membuat sarang di dasar kolam dan akan digunakan sebagai tempat pemijahan dan pembuahan telur. Agar telur nantinya tidak terbungkus oleh lumpur olehnya itu diusahakan kolam pemijahan tidak terlalu banyak mengandung lumpur.

Selain kebiasaan memijah di dalam kolam, jenis ikan ini juga mempunyai kebiasaan unik yaitu mengerami telur dalam mulutnya. Telur yang telah menetas akan diasuh oleh induknya pada bagian pinggir kolam dan apabila si larva telah kuat untuk berenang maka larva tersebut akan bergerombol namun, larva tersebut belum kuat untuk menahan aliran air.Agar larva tidak mudah terbawa aliran air, maka air yang masuk ke dalam kolam harus dikurangi serta pematang harus baik dan tidak bocor.

B.2. Persiapan Kolam

Salah satu kendala yang sering dihadapi oleh petani ikan adalah sulitnya mengendalikan lingkungan hidup ikan atau kondisi tempat pemeliharaan ikan (pembenihan ikan). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi perikanan adalah menyiapkan kolam dengan baik. Beberapa kegiatan dalam persiapan kolam yaitu meliputi : Pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, pembuatan kemalir, pengapuran, pemberantasan hama dan penyakit serta pemupukan. Dari semua kegiatan yang harus dilakukan untuk menyiapkan wadah pemijahan/pembenihan ikan telah kami lakukan secara bersama-sama, kegiatan tersebut adalah :

    Pengeringan

Kegiatan pengeringan ini sangat penting dilakukan karena produktifitas kolam yang sudah lama digunakan biasanya menurun. Tujuan utama pengeringan adalah untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar kolam serta membuang gas-gas beracun. Pengeringan ini pun dapat memudahkan perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam dan pembuatan kemalir.
Pengeringan kolam dapat dilakukan beberapa hari atau tergantung cuaca. Bila musim kemarau, pengeringan kolam dapat dilakukan selama 2 – 5 hari, sementara bila musim hujan pengeringan dapat dilakukan lebih lama terkadang sampai seminggu. Pengeringan sudah dianggap cukup apabila tanah dasar kolam sudah tampak retak-retak.
tanah%20kering.jpg
Gambar 1. Kondisi tanah dasar kolam yang telah dikeringkan

    Perbaikan pematang

Kondisi kolam yang sudah lama digunakan biasanya telah rusak dan banyak bocoran. Untuk itu, bila akan digunakan pada masa pemeliharaan/pembenihan berikutnya maka pematang harus diperbaiki. Karena jika tidak diperbaiki, maka bebagai masalah dapat muncul terutama ketinggian air kolam yang sulit untuk dipertahankan. Akibatnya kesuburan kolam akan cepat menurun. Selain itu kolam yang banyak bocoran dapat menyebabkan benih mudah terbawa arus air.
pematang%20kolam%20pemijahan.jpg

Gambar 2. Perbaikan pematang kolam pemijahan

    Pengolahan tanah dasar

Tanah dasar merupakan bagian yang terpenting pada kolam karena sangat berpengaruh terhadap kondisi kolam dan dapat dijadikan sebagai tempat membuat sarang untuk induk yang sedang dipijahkan. Oleh sebab itu, tanah dasar kolam harus kedap air, strukturnya baik dan hygienis.

Tanah dasar yang kedap air akan mampu menahan air dan tidak porous. Tanah yang bersifat porous akan menyebabkan air merasap ke dalam tanah sehingga ketinggian air kolam sulit dipertahankan. Struktur tanah yang baik dapat memperlancar proses penguraian bahan organik sehingga merangsang tumbuhnya pakan alami. Sementara hygienis berarti tanah harus bebas dari zat/gas beracun seperti amoniak dan belerang.

Untuk memenuhi ketiga persyaratan tersebut, tanah dasar kolam harus diolah dengan cara seluruh bagian tanah dasar harus dicangkul dan dibalik. Untuk kolam yang sudah lama sebaiknya dibajak, akan tetapi tidak boleh terlalu dalam agar unsur hara yang ada pada permukaan tanah harus tetap berada pada lapisan atas.

    Pengendalian hama dan penyakit

Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam kegiatan budidaya ikan khususnya pembenihan ikan nila adalah terjadinya serangan hama dan penyakit yang akan menyebabkan kerugian sangat besar. Olehnya itu perlu diketahui secara dini tentang keberadaan organisme yang dapat mengganggu dan merusak kegiatan pembenihan yang akan atau sedang dilakukan sehingga penanggulangan penyakit ataupun hama dapat dilakukan sedini mungkin.

    Pengapuran

Pengapuran kolam harus selalu diperhatikan, karena biasanya setelah masa pembenihan dan pemeliharaan larva berakhir maka produktifitas kolam juga akan menurun terutama pH dan alkalinitas. Faktor lain yang membuat penurunan produktifitas adalah pada kolam pembenihan itu sendiri telah terdapat bibit penyakit.

Nilai pH merupakan salah satu parameter terpenting pada kualitas air, nilai pH yang baik adalah 7. Bila kolam tidak subur maka perlu diberi kapur, selain untuk menaikkan pH pengapuran juga dapat meningkatkan alkalinitas serta memberantas hama dan penyakit.

Jenis kapur yang dapat digunakan adalah kapur pertanian atau kalsium karbonat dengan dosis tergantung pada nilai pH dan jenis tanah kolam yang digunakan.

    Pemupukan

Dalam kegiatan pembenihan ikan, kesuburan kolam sangat penting. Kolam yang subur ditandai dengan banyaknya mengandung beragam jenis dan ukuran pakan alami dalam jumlah yang banyak. Pakan alami ini sangat penting dan bermanfaat bagi larva setelah telur hasil pemijahan menetas. Adanya pakan alami akan menyebabkan larva dapat hidup dengan baik dan tumbuh dengan cepat.

Gizi pakan alami lebih komplit dan seratnya lebih halus dibanding pakan tambahan. Untuk dapat mendukung pertumbuhan larva hasil dari pembenihan ikan nila maka sebaiknya dalam kolam tersebut harus ditumbuhi pakan alami.

Selain pupuk organik, sebaiknya kolam perlu diberi pupuk an organik. Beberapa jenis pupuk an organik yang dapat digunakan adalah Urea, TSP, NPK dan ZA. Dosis masing-masing pupuk tersebut adalah 25 gr/m2 dan pemberiannya dengan cara disebar merata ke dasar kolam.
pengapuran%20dan%20pemupukan.jpg
Gambar 3. Pengapuran dan pemupukan tanah dasar kolam


B.3. Persiapan Media
Persiapan media meliputi kuantitas dan kualitas air yang harus memenuhi persyaratan teknis antara lain :
a. Kuantitas air harus cukup.
b. Air harus bebas dari pencemaran fisik, kimia dan biologi.
c. Bebas dari pestisida, minyak dan deterjen serta logam berat.
d. Bebas gulma, hewan pemangsa atau pengganggu dan jasad patogen.
e. Kisaran suhu air 25 - 30ÂșC
f. pH 5,00 – 9,00
g. Oksigen terlarut 4 mg/liter air
h. Karbondioksida maksimum 5 mg/liter air
i. Salinitas 0 – 29 ‰

Ikan sebagai salah satu jenis organisme yang hidup pada suatu perairan, jika manusia melakukan kegiatan budidaya yaitu memproduksi organisme tersebut dalam suatu lingkungan perairan yang terbatas dan terkontrol dengan baik maka manusia harus memahami tentang lingkungan perairan dimana ikan tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak seperti di habitat aslinya. Lingkungan perairan tempat ikan yang dibudidayakan tumbuh dan berkembang biasa disebut dengan media. Media yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan budidaya ikan ada beberapa persyaratan-persyaratan agar ikan dapat tumbuh dan berkembang biak pada wadah yang terbatas tersebut.

Sumber air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan antara lain adalah air tanah, air sungai atau air pam. Berdasarkan asalnya sumber air yang dapat digunakan untuk kegiatan budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan yaitu air hujan yang mengalami limpasan/berakumulasi dengan sementara ditempat-tempat rendah misalnya : air sungai, waduk, danau dan rawa. Selain itu air permukaan dapat juga didefenisikan sebagai air yang berada disungai, danau, waduk, rawa dan badan air lainnya yang tidak mengalami infiltrasi kedalam. Sumber air permukaan tersebut sudah banyak dipergunakan untuk kegiatan budidaya ikan. Sedangkan air tanah yaitu air hujan yang mengendap atau air yang berada dibawah permukaan tanah. Air tanah yang saat ini digunakan untuk kegiatan budidaya dapat diperoleh melalui cara pengeboran air tanah dengan kedalaman tertentu sampai diperoleh titik sumber air yang akan keluar dan dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Parameter kualitas air dari berbagai aspek antara lain adalah aspek fisik, aspek kimia dan aspek biologi. Dari aspek fisik antara lain beberapa parameter fisik dari suatu perairan yang sangat berpengaruh dalam melakukan kegiatan budidaya ikan antara lain adalah kepadatan/berat jenis air, kekentalan/viscosity, tegangan permukaan, suhu air, kecerahan dan kekeruhan air serta salinitas. Pada aspek secara kimia antara lain tentang beberapa parameter kimia yang sangat berpengaruh pada media budidaya ikan antara lain adalah oksigen, karbondioksida, pH, bahan organic dan garam mineral, nitrogen, alkalinitas dan kesadahan. Sedangkan pada aspek secara biologi antara lain parameter tentang kepadatan dan kelimpahan plankton pada suatu wadah budidaya ikan yang sesuai untuk media budidaya ikan. Parameter kualitas air dari aspek fisik, kimia dan biologi dengan menggunakan beberapa peralatan pengukuran kualitas air yang sangat mudah pengoperasionalan alatnya dan tersedia dibeberapa tempat budidaya. Dengan mengetahui nilai parameter kualitas air pada suatu media budidaya maka akan dapat dicegah suatu kejadian yang dapat merugikan bagi organisme air yang dibudidayakan sehingga tidak merugikan manusia. Seperti diketahui bahwa organisme air yang dipelihara dalam suatu wadah budidaya mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan media dimana ikan itu hidup, sehingga jika terjadi fluktuasi terhadap beberapa parameter kualitas air pada suatu lingkungan budidaya segera dilakukan penanganan dengan memberikan perlakuan khusus pada media budidaya.

B.4. Penebaran Induk
Sebelum induk ditebar ke dalam wadah pemijahan terlebih dahulu induk jantan dan betina tersebut harus diseleksi agar hasil pemijahan nantinya akan lebih maksimal dan menghasilkan telur dan larva yang berkualitas.Adapun seleksi induk ikan nila merah adalah sebagai berikut :
ikan%20nila%20merah.jpg

Gambar 4. Induk Ikan Nila merah

B.5. Proses pemijahan
Induk ikan nila merah dapat dipijahkan secara massal, proses pemijahan ikan ini akan berlangsung secara berpasangan setelah setiap induk menemukan pasangan yang cocok menurut tingkat kematangan gonada. Oleh karena itu, pada kegiatan pemijahan ikan nila merah perlu dilakukan seleksi induk agar tingkat keberhasilan pemijahan dapat lebih terjamin. Artinya, jumlah induk yang berpijah dan telur uang dihasilkan lebih banyak dan lebih baik (berkualitas).

Seleksi induk ikan pada pemijahan secara alami dilakukan untuk memperoleh komposisi pasangan yang ideal dan tingkat kematangan gonadanya seimbang sehingga waktu pemijahan dapat berlangsung secara bersamaan. Komposisi pasangan ideal (sex ratio) dapat ditentukan berdasarkan perbandingan jumlah dan keseimbangan berat induk jantan dan betina yang dipijahkan . Sedangkan tingkat kematangan gonada diukur berdasarkan ukuran, warna dan tingkat kelekatan telur dalam kantong ovary. Telur ikan yang telah siap untuk dipijahkan apabila telah berwarna kuning tua, berukuran (diameter) 1,5 mm – 2,5 mm, dan tidak saling melekat satu sama lainnya serta mudah terpisah apabila ditaruh dalam cawan petri.

Pada proses/kegiatan pemijahan ikan nila merah secara alami diawali dengan memasukkan induk yang telah diseleksi ke dalam wadah pemijahan dan diakhiri dengan penengkapan induk setelah pemijahan selesai. Satu demi satu induk dilepas ke dalam wadah pemijahan dengan menggunakan tangan atau alat bantu berupa lembaran kain strimin halus. Pelepasan induk ikan nila merah harus diusahakan tidak menimbulkan gangguan fisik ataupun gangguan non fisik pada induk yang akan dipijahkan.

Selanjutnya induk ikan dibiarkan berenang bebas mengitari kolam sambil mencari pasangan menurut “seleranya” sendiri. Dalam keadaan normal dan faktor lingkungan mendukung, pemijahan secara alami dapat berlangsung pada malam hari (malam pertama) atau paling lama 3 hari setelah induk dilepaskan ke dalam kolam pemijahan. Pemijahan ikan ditandai dengan adanya suara riuh dan gemericik air akibat pasangan yang berpijah, saling berkejaran dan berlompatan saat pelepasan telur dan sperma.

Pada pagi hari setelah induk berpijah, kakaban telah berisi telur dan selanjutnya dapat dipindahkan dengan cara diangkat ke kolam (bak penetasan) telur. Selanjutnya, air dibuang dan induk yang telah memijah ditangkap, kemudian ditampung dan dipelihara kembali dalam kolam perawatan induk. Tujuan pemindahan kakaban dan telur ikan hasil pemijahan dalam sistem pemijahan ikan secara alami adalah agar telur-telur yang dihasilkan dari pemijahan tidak dimakan oleh induk yang lapar. Sedangkan tujuan dari perawatan induk adalah untuk memulihkan kesehatan sekaligus memacu perkembangan telur (gunada) untuk dipijahkan kembali dengan cara yang sama pada periode berikutnya.

Pengelolaan Air
Pada kegiatan pemijahan ikan nila sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas air yang digunakan sebagai media pemijahan. Ikan nila cenderung lebih aktif berpijah pada kolam-kolam yang airnya segar dan mengalir pelan. Oleh karena itu, pada pemijahan ikan nila diperlukan air bersih dan segar yang dialirkan beberapa jam menjelang pelepasan induk.

Kecepatan aliran air perlu diatur agar tidak menimbulkan pengadukan (turbulensi) dan erosi pada permukaan dasar dan pelataran kolam serta lereng pematang. Kedalaman air pada kolam pemijahan ikan nila merah dapat diatur pada kisaran 30 cm – 50 cm. Posisi tersebut dapat dipertahankan sampai proses pemijahan selesai. Untuk memudahkan pengaturan atau pengelolaan kedalaman air, maka pintu pengeluaran air dapat dibuat dari pipa paralon dengan model pipa putar atau pipa permanen model monik. Pada pintu air dari paralon, kedalaman air dalam kolam dapat diatur dengan memutar pintu air pada posisi kemiringan yang diinginkan, sedangkan pada pintu monik dilakukan dengan memasang atau membongkar papan sekat penutup.

Cara%20Panen%20Larva%20ikan%20Nila.jpg

Gambar 6. Cara Panen Larva ikan Nila

Panen yang dilakukan secara tidak tepat dapat mengakibatkan tingginyakematian larva/benih ikan. Persiapan panen yang harus dilakukan meliputi:

Sebelum panen air dalam kolam disurutkan terlebih dahulu, agar larva tidak stress saat akan diambil dengan menggunakan seser halus/serok

Alat panen yang harus disiapkan diantaranya adalah seser halus/serok, gayung, ember/baskom, plastik packing, karet gelang dan tabung oksigen.

Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sore hari atau malam hari untuk menghindari terjadinya fluktuasi suhu yang terlalu tinggi dan menyebabkan larva/benih ikan stress.

Penanganan Hasil Panen
Benih/larva ikan nila yang baru dipanen dapat langsung dijual dan dapat pula dimasukkan dalam wadah pendederan hingga mencapai ukuran 5 – 8 cm atau siap tebar pada kolam pembesaran sehingga harga jualnyapun akan lebih tinggi dibanding ukuran 1 - 3 cm. Beberapa kegiatan penanganan hasil panen benih/larva ikan nila meliputi seleksi, greeding, Penghitungan, pengepakan/packing dan pengangkutan.

Seleksi
Penyeleksian benih ikan ini sebaiknya dilakukan bersamaan dengan panen. Benih ikan dari kolam pemijahan/penetasan telur diseleksi berdasarkan tingkat kelincahannya bergerak/pergerakannya sehingga dapat diketahui lebih awal antara larva ikan yang sehat dan tidak sehat atau sakit.

Ikan yang telah diseleksi selanjutnya ditampung dalam satu wadah yang telah disiapkan, sebagai wadah pemeliharaan sementara sampai dapat dimasukkan ke wadah pendederan atau dijual dengan ukuran larva 1 – 3 cm.

Greeding
Greeding adalah memisahkan larva/benih ikan berdasarkan ukuran panjang dan beratnya. Dengan melakukan greeding kita dapat mengetahui tingkat pertumbuhan dari larva sebelum ditebar pada wadah pendederan atau wadah pembesaran.
Saat larva/benih ikan di greeding harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti untuk menghindari terjadinya strees dan kematian pada larva, hal tersebut disebabkan karena ukuran larva masih sangat kecil dan rentang dengan goncangan sekecil apapun.


Penghitungan
Untuk penghitungan jumlah benih/larva yang akan dijual dengan ukuran 1 - 3 cm dilakukan dengan cara samplingan yaitu larva/benih diambil dengan menggunakan sendok takar kemudian larva/benih yang ada dalam sendok takar tersebut dihitung jumlah keseluruhannya dan jumlah yang diperoleh tersebut dijadikan patokan untuk pengambilan selanjutnya.

Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan kita dalam penghitungan selain itu ukuran larva/benih juga masih sangat kecil dan riskan dengan goncangan.

4. Pengepakan/Packing

Packing atau pengepakan dilakukan dengan cara larva yang telah dihitung dimasukkan ke dalam kantong packing yang telah diisi air, kemudian diberi oksigen dan diikat dengan menggunakan karet gelang. Kepadatan larva dalam kantong disesuaikan dengan ukuran kantong benih, jarak pengangkutan dan lamanya pengangkutan tersebut untuk menghindari terjadinya kematian pada larva saat pengangkutan.
packing%20benih%20larva%20ikan.jpg

Gambar 7. Cara packing benih/larva ikan nila

Pengangkutan
Benih/larva ikan yang telah dipacking selanjutnya dapat diangkut sesuai tujuan pembeli/konsumen. Untuk pengangkutan jarak jauh perlu ditambahkan pecahan es batu pada bagian luar kantong agar suhu air dalam kantong tetap stabil dan tidak menimbulkan terjadinya stres pada larva yang akan diangkut.

Pemasaran
Benih/larva ikan nila merah dapat dijual lokal dan luar daerah tergantung dari permintaan pasar. Untuk penjualan benih ikan nila di Balai Benih Ikan  yaitu kebanyakan dari wilayah Kabupaten Kediri dan kebanyakan pembeli/konsumen yang langsung datang ke BBI untuk membeli benih ikan nila merah.

Larva atau benih ikan nila hasil pemijahan yang tidak terjual pada saat masih fase larva (ukuran 1 – 3 cm) dapat dimasukkan ke wadah pendederan atau ke wadah pembesaran yang ada di lokasi BBI, sehingga dapat dipelihara hingga ukuran konsumsi dan harga jualnyapun akan lebih tinggi dibanding dengan ukuran larva/benih.